Monday, 31 October 2011

Selamat untuk 20 tahunmu :)



Pagi ini pikiranku telah dijajah oleh UTS perdana : grammaire! Kelas pagi,,hmm..sepertinya sudah lama tak kelas pagi. Agak berat memang, apalagi untuk organ tubuh yang sudah terbiasa dengan setting kelas siang dan sore.

Hey,,,kau lihat! Pagi ini mentari cukup cerah. Mentari akhir Oktober.

Aku tak pernah menyangka kau akan memunculkan namamu lebih dahulu di layar handphoneku. Padahal aku telah berniat mengirim pesan padamu. Tapi sayangnya UTS Grammaire telah membiusku sesaat.

Itu sudah lama sekali bukan?

Kapan kali terakhir kau mengirim? Maaf aku sudah lupa. :p mungkin juga kau. Tapi aku tak peduli. Bagiku, dulu adalah dulu. Sekarang adalah sekarang. Dan besok...ya..besok adalah besok. Besok adalah misteri.

Aku selalu ingat, hari di saat orang – orang terdekatku merasakan kebahagiaan karena mereka telah dilahirkan ke dunia ini. Hari di saat mereka selalu mendapat berbagai ucapan selamat dan doa. Hari di saat mereka berpikir untuk melakukan sesuatu di sisa jatah umur yang dikaruniakan Tuhan padanya agar lebih bermanfaat. Ya, aku ingat hari ini adalah hari di mana kau menyambut 20 tahunmu.

Aku selalu ingat sama seperti kau selalu mengingat 20 tahunku pada 24 bulan ketiga. Ada ucapan selamat dan doa yang mengalir. Ada harapan yang terbentang. Harapan untuk selalu berusaha menjadi lebih baik dari tahun ke tahunnya.

Hari ini banyak sekali kejadian yang terjadi begitu cepat. Permasalahan dan tantangan datang beruntun dan tiba – tiba. 12 jam berada di kampus membuat raga dan pikiran ini lelah. Namun demikian aku masih bisa tersenyum. Masih ada cerita yang mengalir di antara kita selama hampir 12 jam itu. Yaa...12 jam itu.

Maaf ya hari ini aku banyak bercerita. Mulai UTS lah.. menjadi miskin lah..putri azula lah..sampai bertemu orang – orang gundul berseragam. Tapi kau masih seperti dulu,, selalu mendengarkan ceritaku dan menimpalinya. Terima kasih telah mendengarkanku ocehanku. :P

Ada banyak hal yang telah berubah selama spasi yang tercipta di antara kita. Mungkin dulu aku pernah marah padamu..ya itu dulu...dulu ketika aku masih kecil,,masih kerdil,,orang bilang masih ababil.hahaha. Seperti kubilang tadi, dulu adalah dulu,sekarang adalah sekarang. Ya begitulah waktu. Begitulah hidup. Hidup memberi banyak pelajaran berharga. Dan aku tahu sekarang bagaimana caranya memaknai hidup. Caranya “tersenyum” menghadapi hidup.

Aku tak tahu harus memberi apa di hari spesialmu ini. Aku Cuma bisa menulis karena aku suka menulis. Jadi aku tuliskan ini saja yaa..... hehehe

Terima kasih untuk 12 atau mungkin 13 atau 14 jamnya....

Terima kasih untuk kebaikan yang selalu kamu berikan...

Terima kasih untuk pinguinnya....masih setia menemaniku lho.. :P

Terima kasih sahabatkuu.......

SELAMAT ULANG TAHUN! Joyeux Anniversaire ^^

jangan suka galau yaaaa..... aku yakin kau tahu ke mana harus melangkah.

tetap semangkaaaaa!!! :D


best Regards,

-31102011- @9.43 pm

Thursday, 27 October 2011

FLY -part 1-


Dulu aku bukanlah seorang risk taker..

Bukan pula orang yang bisa memutuskan suatu masalah dengan tegas.

Namun sejak mengenalmu, sosok yang selalu menginspirasiku

Aku sedikit demi sedikit telah mulai berani

Dengan kata – katamu yang tajam dan menohok

Tapi juga menentramkan hati

Sedikit demi sedikit keberanian itu muncul

Apalagi posisiku yang mengharuskanku untuk melakukan semuanya dengan cepat dan tegas

Kau bilang aku harus percaya,, harus punya faith yang kuat

Sejak saat itu aku tersadar,

Aku mulai belajar dan berproses

Banyak permasalahan ada bukan untuk dihindari

Namun ada untuk dihadapi dan diakhiri

Aku mulai percaya sepenuhnya pada kuasa Nya.

Dalam kepercayaan itu terkadang air mataku jatuh.

Kurasakan cintaNya menguatkanku.

Melalui kehadiranmu

Cerita hidup mengantarkanku pada sebuah fragmen episode hidup

Di mana kita bersama – sama berjalan beriringan mencari makna

Tanpa kita sadari kita telah terbang sedikit lebih tinggi

Dan ketika aku berjalan seorang diri

Aku tak lagi merasa sendiri

27102009 @11.08

Peranan Penyesuaian Latar Abad Pertengahan untuk Penonjolan Karakter dalam Film Tristan dan Isolde



Film Tristan dan Isolde adalah sebuah film yang ceritanya diangkat dari sebuah roman berlatar abad pertengahan. Karya sastra roman ini ternyata memiliki berbagai macam versi. Salah satunya adalah film Tristan and Isolde yang diperankan oleh James Franco (Tristan), Sophie Myles (Isolde) dan Rufus Sewell (Lord Marke). Film ini menceritakan tentang Tristan, seorang ksatria Kerajaan Inggris, yang diselamatkan oleh Isolde, putri Kerajaan Irlandia. Tristan telah dianggap mati karena terkena racun pada saat peperangan dengan kerajaan Irlandia. Isolde menolong Tristan yang terdampar di Kerajaan Irlandia untuk pulih kembali secara sembunyi – sembunyi tanpa mengetahui bahwa Isolde adalah putri Kerajaan Irlandia. Dari situlah kisah cinta Tristan dan Isolde bermula hingga akhirnya Tristan harus kembali ke Inggris karena ia sudah tidak aman lagi berada di Irlandia. Lord Marke menyambut Tristan dengan suka cita karena telah menganggap Tristan sebagai anaknya sendiri. Hingga suatu hari, Raja Irlandia mengadakan sayembara, barang siapa yang menjadi pemenang berhak mendapatkan putri dan sebuah wilayah miliknya. Tristan pun menang atas nama Lord Marke. Alangkah terkejutnya ketika mengetahui gadis yang dicintainya harus menjadi istri Lord Marke. Sejak saat itulah kisah Tristan dan Isolde semakin rumit dan muncul berbagai konflik. Tristan harus memilih antara cinta atau kesetiaanya pada Lord Marke.

Sebagai film yang diangkat dari roman abad pertengahan, Tristan dan Isolde harus dapat menampilkan setting tempat dan suasana abad pertengahan. Usaha untuk menghadirkan kembali latar suasana abad pertengahan yang sebenarnya di zaman modern ini bukanlah suatu perkara yang mudah. Mulai bentuk rumah, kastil, pakaian, bentuk perkampungan, transportasi yang digunakan hingga perlengkapan aksesoris. Namun demikian, film ini dapat dikatakan telah dapat mengajak penonton untuk kembali pada zaman kerajaan dan ksatria.

Pengambilan gambar latar tempat dan pemandangan dalam film ini sudah bagus, baik pemandangan alamnya maupun pemandangan suasana masyarakatnya. Pemandangan alamnya seperti laut dengan tebing – tebingnya, hutan – hutannya, sungai – sungainya mampu memberikan kesan bahwa tempat tersebut masih alami. Penggunaan kastil asli juga merupakan salah satu sarana untuk mendukung terciptanya suasana kerajaan di wilayah Inggris dan Eropa Utara pada masa lampau yang terkesan gagah, kokoh dan elegan. Suasana masyarakat abad pertengahan tampak pada setting pasar dan pada gelanggang pertarungan sayembara yang diadakan oleh Raja Irlandia. Sebagian lain banyak menggambarkan suasana kehidupan istana, seperti pada saat pesta pernikahan Isolde dan Lord Marke dan pada saat pesta penyambutan Raja Irlandia. Selain latar suasana, kostum yang digunakan oleh para tokoh juga tak kalah penting untuk mendukung karakter masyarakat pada masa itu. Untuk kostum laki – laki petarung berbadan gagah dengan baju tunik dan pedang, wanita – wanita dengan gaun panjang yang memberikan kesan sederhana namun anggun, anak – anak dengan celana dan baju panjang, serta prajurit istana memakai baju dengan rompi besinya yang terkesan gagah dan kuat. Peralatan kehidupan sehari – hari seperti transportasi dan aksesoris juga memberikan peranan penting dalam menciptakan kesan “masa lampau” . Transportasi yang digunakan adalah kereta kuda, kuda, perahu serta kapal. Demikian juga mengenai aksesoris pun tak lepas dalam memberikan penekanan akan kesan tradisional. Ketika Isolde menginginkan sebuah cincin, Tristan memberinya sebuah benda yang tampaknya lebih mirip gelang terbuat dari akar – akaran daripada cincin seperti pada umumnya. Bahkan uang logam yang digunakan untuk undian pun adalah logam yang bergambar tanpa ada nominalnya.

Hal – hal di atas merupakan contoh sarana pendukung drama yang sangat berpengaruh terhadap penciptaan sebuah karakter dan pencitraan tentang zaman dan tempat di mana cerita tersebut terjadi terutama untuk cerita yang berhubungan erat dengan sejarah (historical fiction). Untuk itu perlu adanya penyesuaian latar yang detail agar tidak terjadi tabrakan budaya antar zaman. Namun demikian perlu menjadi catatan tersendiri bahwa meskipun historical fiction berhubungan erat dengan sejarah (history), kedua hal tersebut tetaplah berbeda karena pengarang bebas memasukkan unsur – unsur drama lainnya seperti tokoh dan alur tanpa harus terikat oleh sejarah.

Tugas I Pengkajian Drama

Apresiasi Puisi “Tant de Temps” karya Philippe Soupault


Tant de temps


Le temps qui passe

le temps qui ne passe pas

le temps qu'on tue

le temps de compter jusqu'à dix

le temps qu'on n'a pas

le temps qu'il fait

le temps de s'ennuyer

le temps de rêver

le temps de l'agonie

le temps qu'on perd

le temps d'aimer

le temps des cerises

le mauvais temps

et le bon et le beau et le froid et le temps chaud

le temps de se retourner

le temps des adieux

le temps qu'il est bien temps

le temps qui n'est même pas

le temps de cligner de l'œil

le temps relatif

le temps de boire un coup

le temps d'attendre

le temps du bon bout

le temps de mourir

le temps qui ne se mesure pas

le temps de crier gare

le temps mort

et puis l'éternité


Philippe SOUPAULT

Puisi yang berjudul Tant de Temps ini adalah karya Philippe Soupault pada tahun 1953. Philippe Soupault adalah salah satu figur sastrawan prancis abad 20 yang menganut aliran surealisme. Aliran surealisme adalah sebuah aliran seni dan kesusastraan yang menjelajahi dan merayakan alam mimpi dan pikiran bawah sadar melalui penciptaan karya visual, puisi, dan film. Surealisme diluncurkan secara resmi di Paris, Perancis, pada tahun 1924. Ketika itu penulis Perancis Andre Breton menulis karya surealis pertama yang berjudul Les Champs Magnetique” bersama Philippe Soupault yang mengguratkan ambisi-ambisi akan kelahiran gerakan baru.

Sesuai dengan judulnya “Tant de Temps”, yang berarti banyak waktu, dapat kita ketahui bahwa banyaknya waktu di sini merupakan penggambaran dari sebuah perjalanan kehidupan manusia. Ada suasana bahagia, ceria, sedih, kecewa, takut, dan sebagainya. Semuanya terjadi secara bergantian seperti halnya roda yang berputar kadang di atas kadang pula di bawah. Hal itulah yang membuat kehidupan kita menjadi lebih berwarna.

Menurut saya, puisi ini sangat menarik. Mengapa? Pertama, tema yang diangkat sangat unik, yakni waktu. Waktu sendiri adalah sesuatu yang abstrak namun sangat erat hubungannya dalam kehidupan. Penulis sepertinya ingin lebih mengajak kita untuk berpikir mendalam dan bermain dengan imajinasi kita agar dapat memahami puisi ini dengan baik, contohnya : Le temps de l’agonie, seakan – akan kita dapat membayangkan kondisi menjelang kematian (sekarat) kemudian pada dua baris selanjutnya kita diajak membayangkan ketika kita mencintai seseorang, Le temps d’aimer. Hal ini tentu saja merupakan pengaruh dari aliran yang dianutnya, surealisme, membayangkan sesuatu dengan alam bawah sadar kita. Kedua, terdapat pengulangan kata di setiap awal baris atau yang disebut dengan paralelisasi anafora. Gaya penulisan seperti ini memberikan penekanan pada tema yang diangkat agar pembaca dapat menyadari akan betapa pentingnya waktu yang kita miliki. Betapa waktu juga memiliki karakternya masing – masing : le mauvais temps, et le bon et le beau et le froid et le temps chaud. Ketiga, terdapat beberapa kata kiasan, seperti : “Le temps de crier gare” yang bermakna waktu untuk waspada sehingga kita tidak bisa menerjemahkannya kata per kata. Dari segi bahasa, kosa kata yang digunakan secara keseluruhan tidak terlalu sulit untuk dipahami. Semua subjeknya pun konsisten menggunakan kata le temps dari awal baris hingga akhir baris.

Bentuk puisi semacam ini mengingatkan kita pada seorang sastrawan Indonesia yang juga memiliki gaya dalam penulisan yang banyak menggunakan pengulangan sehingga terkesan seperti membaca sebuuah mantra, yakni Sutardji Calzoum Bachri. Contohnya dalam puisi tragedi kawin dengan winka dan Shanghai yang membahas mengenai ping dan pong. Namun demikian kedua karya tersebut membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam untuk memahami dan mengintepretasikannya. Sedangkan puisi Tant de Temps ini kalimatnya terasa lebih lugas dan jelas sehingga dapat lebih mudah ditangkap pesan yang ingin disampaikan penulis.

Kesan yang didapatkan setelah membaca puisi adalah kita sebagai pembaca seperti diajak untuk berkelana dari waktu ke waktu. Mulai waktu yang terlewati Le temps qui passe di masa lalu hingga waktu kematian dan berakhir dengan keabadian di masa yang akan datang. Selain itu, dari puisi tersebut penulis mengingatkan pada kita bahwa seindah apapun hidup, sesukses apapun hidup tetap saja akan ada waktu untuk berpisah Le temps des adieux. Entah berpisah dengan orang – orang yang kita cintai ataupun berpisah dengan harta benda maupun jabatan, sesuatu yang banyak orang kejar untuk memuaskan egonya, dan pada akhirnya semua orang akan mengalaminya, yakni berpisahnya jiwa dengan raga yang menandai akhir kehidupan dii dunia sekaligus awal dari sebuah kehidupan lainnya yang abadi.