Monday, 6 February 2012

261211

Aku tak habis pikir kisah kita akan sampai pada titik ini. Titik akhir sebagai awal. Hmm….

Menyadarimu berbeda pada awal perkenalan kita adalah hal yang sangat nggak biasa dalam hidupku. Pesonamu itu bikin aku silau. Sampai akhirnya aku mati – matian menutup mata tentang pesonamu, karena aku tahu….banyak orang juga yang terpesona padamu.

Aku nggak ingin bersaing dengan mereka untuk menarik perhatianmu. Kau katakan sendiri padaku bahwa kau jengah dengan mereka yang seperti itu. Baiklah. Aku pikir cara terbaik untukku adalah, menjalani semua ini dan membiarkannya mengalir. Ceritaku dan ceritamu. Tanpa perlu ngoyo untuk mendapatkanmu,, karena kau pun tak mau juga seperti itu.

Mendapatkan hatimu juga lagi – lagi bukan tujuan utamaku. Aku lelah jika berpikir seperti itu. Aku tak ingin mengulangi masa laluku yang akan berakhir dengan sakit hati. Perlu waktu yang lama buat nyembuhinnya. Dan yaahh… lagi2 aku dapat solusi buat itu : kubaca notes2mu! =D

Bahkan ketika aku berada di persimpangan, aku tetap bertahan dengan pendirianku. Aku yakin perjuangan itu akan berbuah manis, ya kan?

Masih terngiang dalam otakku ketika kau bilang bahwa aku kurang “faith” buat menghadapi apa yang ada di depanku. Ya..itu memang benar. Namun sekarang aku tahu rasanya. “Faith to God” is the best way to keep this struggle. Aku telah berani menentukan jalanku. Bahkan ketika orang – orang di sekelilingku seperti meragukanku, aku masih bertahan. “Aku udah berani Lompat!” kataku. Dan kau tertawa, kau bahagia ya? Aku juga!

Purnama demi purnama terlewati, kita berjuang bersama – sama namun lewat jalan yang berbeda tapi tujuannya sama. Cerita demi cerita mengalir. Mewarnai hari – hari kita yang super padat. mulai dari hal – hal nggak serius seperti sharing tentang film “La Vita e bella”yang bikin kita ketawa2 kayak orang gila sampai masalah serius seperti ini : this little suck called politic. Nggak pernah terbayang buatku berada di jalur ini. Jalur yang riskan. Jalur yang bikin sulit membedakan mana lawan dan mana kawan. Desember yang hectic buatku. Mulai awal hingga akhir.

“Aku sedih, teman – teman tim suksesku nggak datang” ujarku saat itu.

“Nggak usah sedih ah, Tuhan tim sukses kita” katamu sambil tersenyum.

Seketika itu pula aku menyadari….. Aku pasti masih bisa bertahan. Apalagi saat itu aku 2 hari bermimpi yang sama berturut – turut, seakan- akan aku akan melewati gundukan besar lalu ada yang menggandeng tanganku,,kemudian keesokan malamnya, aku berada di tepi sebuah gerbong kereta dan nyariss jatuh,namun lagi lagi ada seseorang yang memegangiku sehingga aku tidak jadi jatuh. Mungkinkah itu kamu?? Dan ketika di hari – hari yang akan datang aku menceritakannya padamu, seakan kau tak percaya bahwa itu adalah mimpi. Dan kau katakan bahwa ketakutanku itu bisa menjadi 2 hal nantinya : waspada pada bahaya dengan memaksimalkan indera atau menghindar dan akhirnya menyerah.

Di tengah yang lain tampak sibuk dengan urusan dan pasangannya masing – masing, di tengah kesibukanmu untuk memperjuangkan hak teman – temannu serta merawat ibumu,, kau masih sempat – sempatnya menanyakan “Tadi naek apa ke sini?”

Tak ada yang sempat menanyakan hal nggak penting itu padaku. But you did it.. and I guessed it already before.

Kamu selalu paham apa yang sedang kurisaukan saat mereka tak ada yang terlalu peka untuk menyadarinya. Apa kau melihatku dengan cara berbeda?

**

271211

Malam itu…bagaimana mungkin aku bisa melupakan hal yang kulalui malam itu?

Kita duduk bersama di barisan depan di ruangan itu pada sayap yang berbeda. Menunggu hasil suara dengan harap – harap cemas. Aku dan yang lain tak menghiraukan berapa banyak suara untuk kami, kami ingin agar kau menang. Ini memang koalisi antara kami,,tapi bukan dengan panitia. Mereka tak mau tahu tentang urusan kami. Aku mendapat bagian untuk ikut menhitung perolehan suara antara kau dan rivalmu. Aku tahu kau masih jauh lebih unggul daripada dia. Jujur saja saat itu aku sudah sangat lelah, lapar dan ngantuk. Maklum seharian aku belum pulang ke rumah. Belum makan pula. Namun aku masih merasa fun dan senang ada di sana. Bersamamu , bersama mereka kawan – kawan seperjuanganku.

Hingga akhirnya penantian kami berakhir. Hey selamat ya. Kamu menang! Batinku. Semua kawan kami sibuk saling memberi selamat di ruangan itu. Aku…belum memberinya selamat. Suasana ramai meski jam sudah menunjuk waktu tengah malam.

Kami bersiap pulang,,ayahku yang akan menjemputku belum nampak. Aku memanggilmu. Aku berikan bukuku yang ingin kau pinjam gara – gara review singkatku tentang buku itu yang kujelaskan padamu kemarin. Dan kamu pun tertarik untuk meminjamnya. “Selamat yaaa…!” Sambil kuberikan buku itu padamu. “Yups sama – sama.” kamu menjabat tanganku sambil tersenyum. Aku terkejut. Beruntungnya saat itu keadaan sekitar kami cukup gelap sehingga pipiku yang biasanya memerah kayak tomat jadi nggak kelihatan. Hahaha. Aku juga cukup beruntung nggak ada yang memperhatikan kami saat itu. Yess !! :D

Suasana mendadak seperti mencekam. Rival – rival kami itu tiba – tiba menyayikan mars organisasi mereka di kegelapan greengrass. Hey aku takut,,ayahku belum datang ! tiba – tiba seorang teman mengajakku bareng. Lebih aman keluar kampus daripada sendirian di sini, katanya. Aku pun menuju gerbang ekonomi. Aku telpon ayahku. Wah gawat ! kalo gini beliau psti marah.

Ternyata teman2 akan berkumpul di basecamp. Hmm..aku tak mungkin ikut. Sudah sangat larut malam. Mereka kusuruh duluan,,sementara 2 orang teman menemaniku menanti ayahku. Kamu ikut serta dalam rombongan. Aku masih teringat kata2mu yang bikin aku senyam – senyum kayak orang gila.

“Pulang sama sapa Na?”

“Dijemput ayah”

“Oh ya udah. Ntar kalo ada apa- apa segera telpon aku ya? Salam buat keluarga.”

Aku pun tersenyum sambil mengangguk melambaikan tangan.

It’s warm ending in this cold night, isn’t? :D

2 comments: