Wednesday, 23 May 2012

THE CONTEMPLATION AFTER READING “Ranah 3 Warna”



                Aku bersyukur sekali bisa membelinya, membacanya dan yang paling penting, mengambil banyak pelajaran di dalamnya. Dalam buku ini aku menemukan suatu kekuatan yang memang menjadi tagline dari buku ini “Man shabara zhafira” : Siapa yang sabar akan beruntung. Ya, seperti yang ditulis oleh Bang Fuadi bahwa ternyata “mantra” Man jadda wajada saja tidak cukup untuk menghadapi kenyataan hidup yang semakin keras ini. Perjalanan hidup Alif yang sangat berliku dan membutuhkan perjuangan keras ini secara tidak langsung menggelitik hatiku, mempertanyakan kekuatan tekadku, menyadarkanku bahwa apa yang aku lakukan saat ini masih sangat jauh dibandingkan dengan apa yang telah ia lakukan. Dalam beberapa  hal kami memiliki kesamaan (aku dan alif.red) Alif suka menulis dan juga kegiatan jurnalistik, aku juga. Alif suka hal – hal berbau bahasa , aku juga. Alif tidak pandai menari apalagi menyanyi, dan hey aku juga. (-_-)!

Namun demikian aku merasa malu pada sosok Alif. Diceritakan bahwa meskipun pada saat Alif belum memiliki computer namun ia dapat membuktikan bahwa tulisannya berhak muncul di media massa baik lokal maupun nasional. Dengan perjuangan yang tak putus – putus walau putus asa kerap mengahadangnya saat berguru pada Bang Togar, seniornya, Aku merasa malu. Saat ini boleh dikatakan aku telah memiliki fasilitas yang cukup untuk menulis, namun takk satupun karyaku pernah menang sayembara apalagi masuk media massa. Aku, yang kata orang yang aku sayangi, kurang memiliki kekuatan dan kepercayaan yang kuat, begitu mudahnya merasa lelah dan menyerah. Karakter Alif benar – benar membangunkan gelegak kekuatan hati yang sempat mati suri dalam diriku. Yang paling menohok adalah saat Alif mengeluh tak ada ide dan gairah menulis. Bang Togar mengatakan bahwa ia sedang malas. Sampai akhirnya mereka tiba di tempat perkampungan kumuh berjuluk “Rumah Sakit malas”. Dengan melihat perjuangan keras mereka, orang – orang tak berpunya itu, rasa malas itupun sirna. Yeaahh..semoga bisa aku praktikkan untuk mengatasi masalah klasikku selama ini.

Berbekal MAN JADDA WAJADA (Siapa yang bersungguh – sungguh akan berhasil) dan MAN SHABARA ZHAFIRA (Siapa yang sabar akan beruntung) Alif benar – benar berjuang menggapai impian masa kecilnya untuk menginjakkan kaki di benua yang ditemukan oleh Columbus itu. Ketika semua orang menyangsikan kemauan kerasnya, ia tertantang untuk membuktikan pada mereka bahwa dengan berusaha keras, berdoa dan sabar ia mampu menggapainya.

Pendeskripsian tentang kegiatan mahasiswa di luar negri juga sedikit memberikan pandangan buat kita yang mau belajar ke luar negri, pencarian beasiswa, tinggal di rumah angkat, setting tempat yang “gue” banget. Aku jadi ingin ke Kanada!! :D France….. Canada…I’m coming!!! ^^

Ehm… yang terakhir mengenai jodoh. Sakit banget kalau ternyata kita kalah cepat dalam mengutarakan perasaan pada orang yang kita cintai, apalagi kalahnya dengan sahabat sendiri. Olala…

Tapi dengan man shabara zhafira , Alif pun akhirnya mendapatkan seorang istri yang benar – benar bisa menjadi partner hidupnya.Yang memiliki hobi dan passion yang sama. Mereka berkeliling dunia.. Sugooiiii :>



23042011

*ps : beberapa bulan kemudian aku bertemu dengan Bang Ahmad Fuadi dalam acara talkshow di kampusku. Senang sekali rasanya bisa bertatap muka langsung, mendapat banyak informasi tip dan trik mendapat beasiswa, mendapat cerita pengalamannya, berfoto, mendapat tanda tangan serta berbincang singkat dengannya. thanks God 

No comments:

Post a Comment