Dalam cerita Peau
Noire, Masque blancs ini diceritakan tentang masa kolonialisme bangsa kulit
putih terhadap bangsa kulit hitam di Afrika. Sudut pandang penceritaannya
melalui kacamata bangsa kulit hitam. Di alinea pertama, diceritakan bahwa
penulis bertemu dengan bangsa kulit putih yang diduga seorang berkebangsaan
Jerman atau Rusia yang berbicara bahasa Prancis dengan jelek. Mungkin ia adalah
seorang pengacara atau insinyur. Namun, lelaki itu sangat asing dalam kelompok
bangsa kulit hitam. Ia dianggap memiliki kepribadian yang berbeda.
Persoalan
identitas ditunjukkan dengan pembahasan dalam kalimat – kalimat narasi dan juga
contoh dalam kehidupan sehari – hari. Cerita ini sepertinya ingin menjelaskan
tentang keadaan sosial pada masa kolonialisme tersebut di mana stereotip
berdasarkan warna kulit menjadi salah satu permasalahan yang cukup dominan. Ia
mencontohkan dalam film – film amerika kebanyakan yang diadaptasi oleh Prancis ke
dalam gaya negro. Diceritakan bahwa orang negro dalam film tersebut sedang
mengadakan petualangan laut, meneriakkan semboyan - semboyan klasik, berjalan
dengan cara gemetar dan sering terlihat marah. Di akhir cerita, ia meninggal
dalam petualangannya. Si penulis tidak mengerti mengapa di Prancis yang dikenal
sebagai negara demokratis dengan 60 juta penduduk berkulit putih mensinkronisasikan
film tersebut sehingga terlihat penuh kebodohan. Hal tersebut seakan merepresentasikan keadaan dan
kepribadian orang – orang kulit hitam. Si penulis pun terlihat tidak senang
dengan penggambaran tersebut. Dia menyatakan bahwa orang – orang kulit hitam
itu baik, tak pernah berbohong dan tak pernah mencuri. Mereka tidak seburuk
yang digambarkan dalam film – film dan diceritakan dalam cerita – cerita yang
akhirnya menyebabkan timbulnya kesuperioritasan bangsa kulit putih terhadap
bangsa kulit hitam. Kesuperioritasan tersebut dapat diperlihatkan dengan cara
bangsa kulit putih memperlakukan bangsa kulit hitam dengan semena – mena
padahal mereka sebenarnya adalah sama. Mereka adalah sama – sama manusia yang
memiliki hak – hak yang sama, yakni memperoleh kehidupan yang layak.
Oleh
: Anna Rakhmawati (0911130018)
No comments:
Post a Comment