Pagi buta hari Minggu itu, aku
dan sahabat – sahabatku telah menyisir jalanan menuju stasiun kota baru. Kami
berlima yang terdiri dari Aku, Tami, Lono, Mifta dan Lutfi (pacarnya Mifta)
berjalan kaki beriringan sambil tertawa – tawa. Maklum, jarum jam masih
mengarah ke angka 4 dan belum banyak kendaraan yang lewat. Jalanan serasa milik kami berlima :D
BLITAR!!
nenek di kereta pagi |
Dan setelah 2 jam perjalanan melewati sawah, jalanan, terowongan, hutan,
jurang dan sungai yang wow dihiasi dengan kabut juga, sampailah kami di kota
kelahiran Bung karno tersebut. Oh iya, di kota ini, kami akan ditemani oleh
sahabat kami Mukhlis yang asli Blitar.
Perjalanan dimulai dari stasiun Blitar dan dilanjutkan dengan berjalan ke
arah balaikota Blitar lalu makan pecel Blitar di alun – alun Blitar. Lesehan di
bawah pohon. Hmmm..sarapan mantap. Setelah itu, kami melanjutkan ke masjid
Agung Blitar untuk.... menumpang mandi :p dan sholat Dhuha sebelum memulai
petualangan panjang.hehehe.
sarapan pecel blitar di alun - alun |
Oke, setelah merasa segar dan kenyang kami berjalan ke alun – alun Blitar.
Tidak beda jauh dengan alun – alun kota pada umumnya, alun – alun kota Blitar
ini dikelilingi oleh bangunan – bangunan penting seperti masjid agung,
balaikota, gedung milik pemerintah, pertokoan, bank, dll. Di jantung alun –
alun terdapat sebuah pohon beringin besar yang diberi sangkar. Konon pohon
tersebut mengandung mitos. Kami pun asyik berfoto – foto di sana dan malangnya,
karena terlalu bersemangat..aku sampai jatuh tersungkur di lantai alun – alun
karena tidak melihat ada undakan kecil di depanku. Eh bukannya menolong,
sahabat – sahabatku ini justru menertawakanku. -.-“
Nah ini nih yang menarik perhatianku...
alat fitnes tradisional :p |
Selesai di alun – alun tujuan kita selanjutnya adalah rumah Bung karno.
Bagaimana kita pergi ke sana? Naik angkot? non! Kita akan ke sana dengan
berjalan kaki. Ya namanya juga BOLANG! Hahaha. Siaaaappp graaakk! Majuuuu
jalaaann!! ^^
*Rumah Bung Karno*
di rumah bung karno |
bersama mobil AG 390 N |
peramal primbon |
Perjalanan kami pun berlanjut, akhirnya kami sampai di sebuah taman bermain
dengan beberapa permainan anak – anak seperti odong – odong, jungkat – jungkit,
cangkir putar dan sebagainya. Tampak para orang tua sedang mengawasi anak –
anak kecilnya bermain – main. Di situ kita juga dapat menemukan beberapa
penjual kuliner khas Blitar seperti pleret. Hmm..nama yang aneh. Pleret adalah
makanan berwarna putih dan pink yang terbuat dari tepung beras yang dibentuk
bola – bola dan diisi dengan gula merah. Pleret ini dimakan bersama dengan
santan, seperti dawet. Ketika kita makan, gula yang ada di dalam pleret itu
pecah dan menyebarkan rasa manis.
*Monumen Perjuangan
power ranger : beraksi!! |
*Taman Makam Pahlawan
Tak jauh dari monumen tersebut, terdapat komplek taman makam pahlawan.
bersama ibu penjual jamu |
Setelah minum jamu, kami istirahat sebentar untuk menunaikan ibadah sholat
dhuhur di sebuah masjid yang kosong, maklum saat itu hari Minggu dan karena
masjid ini adalah masjid sebuah kantor maka tak ada orang.
*Areal Makam Bung Karno*
Dengan pengarahan dari guide kami yang baik hati dan mau kami repotin
*ehem*, sampailah kami di areal makam Bung Karno. Ya, ternyata areal ini tidak
hanya terdapat makam, melainkan ada museum Bung Karno, outdoor amphiteater, perpustakaan dan sebuah pasar tradisional yang
menjual beraneka macam oleh – oleh khas Blitar.
Yuk kita bahas satu per satu apa aja yang ada di dalamnyaa.... yuukkk
mariii...
saya dan lukisan potrait bung karno |
Kemudian kami memasuki museum Bung karno. Nah..di museum ini terdapat
lukisan potrait Bung Karno yang konon terlihat detak jantungnya. Nah lhoo?! Pasti
pada nggak percaya kan? Awalnya aku juga
nggak percaya, mana ada lukisan yang bisa terlihat gerakan detak jantungnya. Dan
setelah diperlihatkan lebih cermat oleh si Mukhlis, ternyata benar. Ada semacam
gerakan konstan seperti detak jantung tepat di dada sebelah kiri gambar bung
karno. Entah apa itu sebenarnya, masih merupakan suatu misteri buat kami.
Selain itu, di dalam museum tersebut ada berbagai macam lukisan dan foto –
foto para pahlawan dan juga hal – hal yang berhubungan dengan perjuangan
merebut kemerdekaan. Ada juga alat – alat yang digunakan untuk mendukung
perjuangan, seperti senapan.
Setelah itu kami beralih ke perpustakaan Bung Karno, tapi sayang kami tidak
jadi masuk karena suatu hal. Jadilah kami ngemper sejenak melepas lelah
ditemani angin semilir yang bikin ngantuk. Hoaahhmm -o-“
Hari semakin siang dan matahari semakin terik. Akhirnya kami sampai di
makam Bung karno. Saat kami datang, telah banyak para peziarah yang melakukan
doa bersama. Akhirnya kami juga diam sejenak seraya mendoakan Bapak Proklamator
kita yang sangat dikagumi itu. Sebuah kontemplasi muncul di benak saya, betapa
kharisma seorang Bung Karno masih tetap terasa meskipun beliau telah tiada.
Berkat jasa – jasanya dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia ini beliau telah
memiliki ruang tersendiri dalam hati rakyat Indonesia. Kemampuan leadershipnya patut
diteladani oleh segenap generasi penerus bangsa saat ini. Kurang bijak memang
jika kita melakukan perbandingan terhadap presiden satu dengan presiden lainnya
karena mereka masing – masing memiliki karakter kepemimpinan yang berbeda –
beda dan memiliki sisi positif dan negatifnya. Namun presiden dan juga para
pemimpin saat ini haruslah belajar dari pemimpin – pemimpin terdahulu. Oleh
karena itulah Bung karno dalam pidatonya pernah menyatakan “Jangan sekali –
sekali melupakan sejarah” atau yang biasanya disingkat dengan JASMERAH. Pemimpin
– pemimpin terdahulu mana pernah ada yang terlibat kasus korupsi demi
memakmurkan kantong sendiri, karena pada saat itu kemerdekan RI lah yang
menjadi tujuan utama mereka. Sekarang ketika negara ini telah mengenyam
kemerdekaan (meski belum dapat dikatakan benar – benar merdeka sih) apakah ini
balasan yang kita berikan untuk mengisi kemerdekaan? Kasus korupsi dimana –
mana digembar – gemborkan media, kesejahteraan rakyat yang belum dapat merata,
konflik antar ormas dll dsb. Tanyakan pada diri kita sendiri, apakah kita sudah
melakukan sesuatu untuk mengisi kemerdekaan yang dicita – citakan para pahlawan
terdahulu? Jika belum, apakah yang dapat kita lakukan? Segera cari tahu
jawabannya sebelum terlambat
tangga menuju makam bung karno |
Selesai berdoa, kami menuju pintu keluar yang ternyata sangat jauuuhh sekali (karena kami harus melewati pasar oleh – oleh yang tampak seperti labirin ). Suasana panas, lapar dan lelah menyelimuti kami. Setelah puas makan siang, hal – hal bodoh dan gila terjadi pada rombongan kami. Sahabat kami si mukhlis pulang ke rumahnya dengan dokar, bersama Lono, kemudian ia menjemput kami untuk ke rumah kakaknya supaya lebih dekat. Saat itu aku bersama Lono dan mega di 1 sepeda motor. Sementara itu tiba – tiba hujan turun dengan sangat lebat dan kami nggak bawa jas hujan. Jadilah kami berhujan – hujan ria sambil ngebut. Brrrr...
Akhirnya kami
beristirahat di rumah kakak Mukhlis samil mengeringkan pakaian kami yang basah
kuyup. Untungnya bawa baju ganti meskipun bekas dipakai tidur semalem -__-! Capek
banget setelah melakukan perjalanan (benar – benar jalan kaki dari stasiun
Blitar sampai makam Bung karno) Kamipun dijamu dengan istimewa..Alhamdulillah
bener-bener sesuatu sampai akhirnya kami pulang dan diantar ke stasiun dengan
sistem “imbal” seperti tadi. Sesampainya di stasiun Blitar kami heran, mengapa
pintu stasiun terkunci? Ya, kami mendapat tiket jam 7 malam. Jam sudah menunjuk
pukul 7 lewat dan kereta api serta penumpang tak kelihatan sama sekali. Entah karena
kecapekan atau polosnya kami, tak ada satupun dari kami yang tahu apa penyebab
keanehan tersebut. Hingga akhirnya kami bertanya pada pak satpam stasiun.
Setelah kami diberi tahu penyebabnya, kami pun tertawa terbahak – bahak lalu
terdiam. Di mana kami akan tidur malam ini?? 0__0 Ya kami tidak bisa pulang ke
Malang malam ini. Anda tahu kenapa sodara – sodara??
Penyebabnya adalah ini : “Perhatikan jam keberangkatan 07:20”
tiket kereta api pulang kontroversial |
Bisa dibayangkan
kami tidak tahu harus kemana malam itu, ke tempat Muukhlis adalah hal yang
mustahil. Beruntung sekali saat itu, tantenya Mega yang orang Blitar sudah
pulang dari Malang. Beliau dan keluarganya menjemput kami yang sudah lemas
terkulai di depan pintu stasiun yang semakin sepi dengan mobil. Jadilah kami
menumpang di rumah tantenya Mega dan pulang ke malang keesokan paginya jam
setengah 5.
What a bolang
story!see you on next story :)
Written at 05082012 - 11.56 pm
super sekali rek perjalanan e
ReplyDeletekapan lagi yokk ???
seng episode 2 drung iku
ndek omah e tami :D
iki lutphie phi a??
ReplyDeletehahaha...oyi beh.. engkok lekk wes tak posting tak tag maneh :P