Thursday, 6 December 2012

Hujan Sore Hari di Bulan Desember


Bonjour decembre,

Hujan dan bulan desember adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seperti halnya recto yang tak terceraikan dengan verso. Di antara dinginnya angin yang menghembus perlahan serta rintik yang turun tertahan, ada riuh yang saling bertautan di kepala. Pikiranku dijejali berbagai hal yang membuatku lelah. Semua hal di sekitarku tak ada yang mau mengalah untuk menunggu, semua meminta perhatianku, semua meminta untuk diprioritaskan jadi nomor satu. Andaikan raga ini bisa dibelah menjadi sepuluh, kurasa akan sangat menghemat waktu. Begitulah waktu, begitu cepat ia berlalu saat kita dilanda kesibukan, begitu lambat terasa saat kita menunggu sebuah kepastian, dan begitu konstan saat pikiran kita terlepas dari beban.

Rasa lelah yang menyergap raga dan rindu yang membelenggu jiwa ini membuatku semakin enggan untuk terlalu cepat sampai di rumah. Bagiku, berjalan – jalan sore yang basah sehabis hujan adalah romantisme tersendiri, meski hanya seorang diri, tanpa seseorang spesial di samping kanan atau kiri, ya hanya aku dan diriku sendiri. Oleh karena itulah aku memilih untuk melewati jalur yang berbeda dari biasanya agar aku dapat merasakan romantisme sore bulan desember ini dengan tenang. Bunga, daun dan ranting pepohonan masih tampak basah dan segar. Seolah harapan baru telah dianugerahkan pada mereka. Titik – titik gerimis yang tipis menghapus perasaan yang miris masa lalu yang kerap mengundang tangis. Tapi tidak untuk sekarang, soreku yang harmonis.  

Aku terus melangkah dengan gontai sambil sesekali menatap langit yang dihiasi mendung seraya sesekali bersenandung lirih “ Aku selalu suka sehabis hujan di bulan desember….”

Jalanan yang kulewati cukup sepi. Hanya sesekali dilewati kendaraan bermotor. Aku senang. Serasa hanya duniaku tanpa ada yang terusik tanpa ada yang mengusik. Sendiri membuatku lebih tenang, lebih dapat berbicara dengan hatiku sendiri dan membuatku lebih bisa membaca tanda dengan intuisiku. Sepi ini kah yang kau rasa di sana? Rindu ini juga kah yang kau simpan ? Entah untuk siapa.

Ini bukan prosa puitik, bukan pula coretan rasa galau yang menggelitik, hanya ungkapan rasa apa adanya yang bukan diada-adakan. Karena hujan dengan segala romansanya membawa inspirasi untuk melukiskannya dalam bahasa yang berbeda – beda. Karena hujan dengan segala cintanya, rela jatuh sebagai berkah yang tak seharusnya disesali apalagi dicaci. Karena hujan tak pernah mengingkari pelangi, memberinya kesempatan untuk hadir bersama cahaya, meski tak lama.

“Seperti pelangi setia menunggu hujan redaaaa~”
Berharap selalu, takdirku kan bertemu dengan takdirmu, rinduku kan bertaut dengan rindumu. Menjadi Kita
:)

@061212. Dini hari yang dingin.

Desember
oleh Efek Rumah Kaca

Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi

Dibalik awan hitam

Smoga ada yang menerangi sisi gelap ini,

Menanti..

Seperti pelangi setia menunggu hujan reda

Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember,

Di bulan desember

Sampai nanti ketika hujan tak lagi 

Meneteskan duka meretas luka

Sampai hujan memulihkan luka

No comments:

Post a Comment