Oleh : Anna Rakhmawati
0911130018
Sebagai Ujian Tengah Semeseter Dasar Jurnalistik
Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit."
"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."
"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."
Dikutip dari Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams
Begitulah sekelumit quote dari Bung Karno yang jika kita pahami dengan baik memiliki
makna dan pesan yang mendalam bagi para pemuda Indonesia. Quote tersebut menggambarkan betapa kuatnya motivasi dan
kepercayaan yang diberikan oleh Bung Karno pada para pemuda. Seribu orang tua,
dengan kekuatan dan keadaan lahiriahnya yang semakin menurun, hanya mampu
bermimpi. Namun seorang pemuda yang memiliki inisiatif, kemampuan dan semangat
yang besar serta kekuatan fisik yang tangguh dapat membuat suatu gerakan menuju
perubahan lebih baik dalam masyarakat bahkan mengubah dunia. Dapatkah kita
rasakan betapa besarnya harapan dan cita – cita Bung Karno yang ia percayakan
pada kita sebagai para pemuda generasi penerus bangsa? Ya, mengubah dunia.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi
semakin canggih demikian juga dengan permasalahan dalam kehidupan semakin
kompleks. Kompleksitas permasalahan negeri ini ini akan terus menjadi momok
dalam kehidupan jika tidak ditemukan solusinya. Solusi yang tepat untuk suatu
permasalahan dalam masyarakat adalah solusi yang digagas oleh orang – orang
yang dekat dengan akar rumput (grass root)
dalam artian dekat dengan keseharian masyarakat. Bagaimana mungkin seseorang
akan dapat mencari solusi yang tepat jika ia tidak pernah ikut terjun serta mengalami
masalah yang sama? Solusi akan berakhir sia – sia jika hanya berupa ide di
awang – awang tanpa adanya eksekusi. Mereka yang memahami permasalahan
masyarakat dan memiliki inisiatif serta kerja keras yang gigih akan bergerak
dan berusaha untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dalam mengatasi
permasalahan masyarakat. Mungkin representasi itulah yang dapat menggambarkan
sosok – sosok pemuda Indonesia yang beberapa hari yang lalu mendapatkan
apresiasi SATU Indonesia Award 2012 (Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia) di
Jakarta Convention Center. Mereka
adalah pemuda Indonesia yang memiliki gagasan luar biasa yang memberikan
manfaat bagi masyarakat sekitarnya di bidang yang berbeda – beda. Seperti
halnya, Eko Cahyono. Pemuda asal Kabupaten Malang ini mendirikan Pustaka Anak
Bangsa. Perpustakaan ini sudah tersebar di beberapa desa di Kabupaten Malang.
Selama 14 tahun ia berjuang secara swadaya untuk memberi kesempatan yang luas
kepada masyarakat desa yang kurang beruntung untuk menimba ilmu sebanyak –
banyaknya dari buku – buku di perpustakaannya. Oleh karena itulah, pemuda 32
tahun ini mendapatkan penghargaan sebagai Pembebas Buta Huruf. Kisah pemuda inspiratif lainnya datang dari
lereng bukit Coppo, Desa Bacu – Bacu, Makassar. Desa ini sebelumnya tidak
pernah terjangkau oleh listrik. Hingga kemudian muncul gagasan dari seorang
pemuda bernama Harianto, mahasiswa jurusan kimia Universitas Negeri Makassar
untuk membuat kincir air pembangkit listrik bagi kampungnya. Hal ini mendapat
dukungan besar dari warga desa setempat. Akhirnya kini desa tersebut lebih
hidup dan terang berkat adanya program ini. Masyarakat pun dapat melakukan
kegiatan sehari – harinya dengan lancar. Berkat inisiatifnya tersebut, Harianto
mendapatkan penghargaan sebagai Pencetus Terang Desa. Selain itu masih ada juga
Dharma Sucipto, pemuda asal Gresik yang mendapatkan penghargaan Penggiat Jajanan
Sehat sebagai wujud kepeduliannya terhadap bidang pertanian yang menjadi sumber
makanan sehat, Rosmiati, bidan yang mengabdikan hidupnya untuk membantu
terwujudnya masyarakat yang sehat di desa sebuah terpencil di Riau dengan
predikat Penggerak Kesehatan Ibu dan Anak serta Noviyanto, pemuda asal Boyolali
yang memberikan solusi dari permasalahan peternak sapi perah dengan mendirikan
pabrik keju untuk produksi susu sapi berlebih.
Penghargaan kepada 5 orang yang telah terseleksi
dari 1088 pendaftar kompetisi bagi para pemuda tersebut diberikan berdekatan
dengan waktu peringatan sumpah pemuda. Momentum yang tepat untuk mengingatkan
kepada kita, pemuda generasi penerus bangsa, bahwa masih banyak hal yang dapat
kita lakukan untuk membuat perubahan di negeri ini sebagai wujud bakti pada
bumi pertiwi seperti yang telah diikrarkan oleh para pemuda Indonesia pada saat
Kongres Pemuda II tahun 1928.
Kisah perjalanan kerja keras mereka kini telah
membuahkan hasil. Masyarakat telah terbantu dengan adanya program – program
tersebut. Sosok 5 orang pemuda penerima penghargaan SATU Indonesia Award 2012
ini hanyalah contoh sebagian. Masih banyak para pemuda yang berjuang sesuai
dengan kapasitas dan bidangnya masing – masing yang jarang terpublikasikan. Padahal dengan adanya
publikasi tersebut dapat menginspirasi pemuda lainnya untuk melakukan hal yang
sama, hal yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Menjadi sebuah ironi ketika
justru figur – figur pemuda dengan gaya hidup hedonisme yang hanya mementingkan
kepentingan sendiri atau kelompok bahkan berakhir anarkis terlalu sering ditampilkan
di media massa maupun elektronik dan menjadi konsumsi harian publik yang nantinya
akan menggiring pola pikir dan gaya hidup para pemuda untuk cenderung mengikuti
mereka. Perlu perhatian dan kepedulian khusus dari para pemilik dan pekerja
media untuk memberikan tayangan yang tak hanya menjadi sekedar tontonan tetapi
juga dapat menjadi tuntunan.
Mengingat kembali akan peranan pemuda atau
mahasiswa sebagai agent of change, social control dan iron stock, lantas apakah yang dapat kita lakukan untuk membuat
perubahan? Sebenarnya banyak hal bermanfaat yang dapat kita lakukan. Mulailah
perubahan dari hal – hal kecil namun bermanfaat bagi sekitar. Sebagai contoh
konkret, sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, kita harus memiliki kesadaran
budaya yang baik. Mempelajari bahasa dan budaya asing bukan berarti
meninggalkan bahasa dan budaya kita sendiri melainkan justru karena kita
mempelajari budaya asing, kita harus lebih memahami dengan baik budaya kita
sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan berpartisipasi dalam suatu komunitas di
kalangan pemuda lalu mengadakan sebuah acara secara kontinyu untuk melestarikan
budaya lokal serta memperkenalkannya
kepada dunia melalui wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia. Untuk
mewujudkannya kita dapat bekerja sama dengan pegiat seni dan budaya daerah
setempat. Mereka akan sangat senang jika dapat bekerja sama melestarikan budaya
lokal bersama para pemuda. Fenomena yang terjadi saat ini adalah orang – orang
asing yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sangat tertarik untuk
mempelajari budaya kita. Maka tidak heran jika budaya lokal kita sering diakui
oleh negara lain karena kita kurang perhatian pada budaya kita sendiri.
Marilah kita ingat lagi bahwa sejatinya mahasiswa
akan kembali ke masyarakat dan menerapkan apa yang telah dipelajarinya di
universitas untuk kemajuan masyarakat. Sebagai pemuda harapan bangsa, pemuda
memiliki idealisme yang tinggi dan menjadi tumpuan generasi tua menggantungkan
harapannya. Alangkah malunya kita ketika orang – orang yang tak lagi muda
secara fisik namun masih tetap memiliki semangat para pemuda. Apakah kita yang
masih muda ini hanya akan berdiam diri saja? Bergeraklah! Karena ide tanpa
adanya pergerakan akan hilang ditelan zaman. Pergerakan kecil namun bermanfaat
akan terukir menjadi cerita yang tidak akan hilang tergerus zaman. Pergerakan
kecil akan menjadi inspirasi bagi terwujudnya suatu perubahan yang lebih besar.
Hidup Pemuda Indonesia!