Kamu pasti tahu bagaimana rasanya sepi di antara keramaian,
kan?
Kamu pasti hafal warna rindu dan aroma kecewa.
Bahkan sebelum kamu memulai merajut impianmu bersamanya.
Aku tahu.
Karena kamu selalu membahasakan apa yang kamu rasakan.
Bahkan, secara tak langsung kamu “melemparkan” ingatanku ke
masa lalu. Bagai mesin waktu yang menderu-deru.
Mengobrak-abrik puzzle kenangan yang sudah kususun rapi dan kusegel agar
tak pernah muncul lagi. Aku berusaha membunuhnya, kurasa. Seperti ingin hilang
ingatan tentang masa lalu. Itu juga kah yang pernah kau rasa?
Namun akhirnya kusadari. Usahaku itu tak kan pernah
berhasil. Semakin ingin kumelupakan tentang masa lalu, menghapusnya, kenangan
itu semakin menyeruak. Menyita banyak ruang dalam otakku untuk hadir kembali
dan membayangi hariku.
Setiap sendirian, bayangan masa lalu itu mendekapku erat.
Mewarnai perasaanku dengan warna kelabu. Semenit kemudian, air mata itu jatuh
tanpa permisi. Dasar melankolis! Kurutuki diriku sendiri
Suara dalam hati berkata, “Berdamailah dengan masa lalu.
Begitulah seharusnya agar kau mampu melangkah ke masa depan dengan langkah yang
ringan.”
Hmmmm…..
Mengapa kenanganku begitu akrab dengan kenanganmu?
Mengapa saat bertemu denganmu untuk yang pertama kalinya,
aku merasakannya.
Merasakan apa
yang kau rasa. Merasakan kesepian itu lewat matamu. Lewat bahasamu.
Apakah aku punya indera ke-6 ?
Apakah itu hanya firasatku?
Atau mungkin ke-soktau-anku?
Entahlah.
Namun aku yakin, Kita
akan bertemu lagi.
Jika Tuhan
mengijinkan
Suatu hari nanti.
Agar kau tak lagi
merasa sendiri.
18022013 ~ 08.49
am.