Wednesday, 6 March 2013

ANALISIS SEMIOTIKA PRAGMATIK DAN SOSIAL PADA IKLAN BALIHO KARTU AS “WOW GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe”



 Oleh : Anna Rakhmawati
0911130018
Sebagai Ujian Akhir Semester Dasar Jurnalistik

ABSTRAK
Iklan sebagai salah satu media komunikasi saat ini semakin berkembang pesat karena semakin banyak perusahaan yang mengeluarkan produk-produknya yang menyebabkan semakin menjamurnya persaingan bisnis. Sebagai salah satu perusahaan operator seluler besar di Indonesia yang menjadi menyediakan sarana sarana pendukung komunikasi sehari-hari, telkomsel selalu membuat berbagai konsep dan promosi yang menarik untuk menarik perhatian banyak konsumen. Salah satunya adalah dengan produk kartu as yang memberikan banyak bonus dengan harga Rp500,00  ini.  Dalam memasarkan produknya tersebut, mereka menggunakan banyak sarana iklan, salah satunya adalah melalui iklan baliho yang dipasang di jalan utama. Desain iklan tersebut biasanya dibuat semenarik mungkin. Oleh karena itulah, setiap desain iklan tidak dibuat secara sembarangan tetapi harus memperhatikan berbagai aspek-aspek. Aspek-aspek dalam iklan yang terdiri dari gambar dan tulisan tersebut dapat dikaji dengan menggunakan teori semiotika sebagai teori yang mempelajari tentang tanda yang ada di sekitar kita.  Dalam penelitian ini  memaparkan tentang ikon–ikon serta istilah yang digunakan dalam iklan yang kemudian mengarah pada kajian semiotik dan pragmatik dalam sebuah iklan. Iklan yang digunakan sebagai objek material penelitian adalah iklan baliho salah satu operator seluler di Indonesia, yakni kartu As “WOW GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui maksud ikon dan kalimat yang digunakan dalam iklan baliho kartu As serta representasi dari para bintang iklan yang ditampilkan terhadap perkembangan tren dalam masyarakat dan pengaruh keadaan sosial dan budaya masyarakat terhadap desain iklan ini.  
Kata kunci : iklan, cetak, semiotika, pragmatik, sosial
 

1. PENDAHULUAN
Periklanan menurut Menurut Kotler (1999) adalah segala macam bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa non-personal yang dibayar oleh sponsor tertentu. Sedangkan menurut Gilson & Berkman (1980 dalam Edward : 2011) iklan merupakan media komunikasi persuasif yang dirancang untuk menghasilkan respon dan membantu tercapainya objektifitas atau tujuan pemasaran. Berdasarkan definisi tersebut, iklan dapat dibedakan menurut pendanaannya yakni iklan gratis seperti iklan baris yang dipasang di situs iklan baris gratis dan iklan berbayar yang pemasangannya memerlukan biaya seperti iklan di TV, di radio, di poster, di baliho dan di koran. Sedangkan jika dibagi menurut media yang digunakan, iklan dibagi menjadi dua, yakni iklan cetak dan iklan elektronik. Iklan cetak adalah iklan yang penyebarannya dilakukan melalui media cetak seperti poster, spanduk, baliho, reklame, iklan baris di koran, dan flyer atau selebaran. Iklan elektronik adalah iklan yang penyebarannya melalui media elektronik antara lain melalui TV, radio dan internet.
Perkembangan dunia periklanan saat ini sangatlah pesat, dapat dilihat dengan semakin banyaknya variasi iklan yang hadir di tengah masyarakat. Pembuatan iklan yang beraneka ragam tersebut memiliki tujuan untuk membuat masyarakat tertarik. Oleh karena itulah, iklan harus dibuat semenarik mungkin dengan kata–kata yang persuasif. Gambar, warna, tulisan, ukuran, serta tata letak pada iklan dibuat sedemikian rupanya bukannya tanpa alasan. Otak dan mata manusia akan lebih cepat tertarik pada gambar, warna serta ukuran. Kata – kata yang persuasif pun dapat mempengaruhi otak manusia untuk mempercayai iklan tersebut dan menguji kebenarannya. Hal tersebut dapat dikaji dan diteliti dengan menggunakan kajian semiotik. Dalam penelitian ini akan digunakan kajian pragmatik untuk mengkaji kalimat yang digunakan dalam iklan serta semiotik sosial untuk meneliti bagaimana iklan tersebut merepresentasikan keadaan sosial masyarakatnya.



2. DESKRIPSI OBJEK
iklan baliho kartu As
          
Objek penelitian adalah sebuah iklan baliho produk salah satu perusahaan operator seluler besar di Indonesia yakni kartu As, yang dipasang di atas Jalan Kawi depan Guest House selama bulan Desember 2012. Ukuran panjang baliho tersebut sama dengan ukuran lebar jalan. Baliho tersebut terdiri dari foto artis papan atas, Sule mengenakan jaket berwarna merah yang sedang berakting menelpon  dan seorang bintang iklan remaja laki – laki  yang mengenakan jaket merah juga sedang memegang telepon seluler sambil menoleh ke belakang  karena dikejar–kejar oleh tiga orang perempuan sambil membawa telepon selulernya. Warna dasar baliho adalah putih dengan tulisan WOW berwarna merah besar dicetak tebal terletak di bagian tengah baliho. Pada lingkaran huruf O terdapat uang logam Rp500,00 dan di bawahnya terdapat kalimat “GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe” berwarna putih dengan dasar merah. Di bawah kalimat tersebut terdapat 3 bulatan pipih. Yang pertama berwarna kuning dengan tulisan GRATIS 100MB INTERNETAN, yang kedua berwarna merah muda dengan kalimat GRATIS PULUHAN MENIT NELPON dan yang ketiga berwarna ungu dengan tulisan GRATIS RATUSAN SMS. Semua tulisan dalam bulatan berwarna putih. Di sebelah gambar perempuan yang mengejar – ngejar terdapat gambar burung kecil berwarna biru, amplop kecil berwarna merah muda dan sebuah balon percakapan berwarna hijau.  Pada bagian bawah baliho terdapat kalimat “Pake Rp 500 gratisnya buat apa aja” dengan dasar warna merah dan huruf berwarna putih. Pada pojok kanan bawah terdapat logo TELKOMSEL serta cara untuk mengaktifkan paket tersebut dengan kalimat : Aktifkan juga PAKET 500 di *100*500# berlaku 24 jam. Sedangkan pada pojok kiri atas terdapat tulisan Jangkauan & Kualitas Terluas & Terbaik.

3. RUMUSAN KAJIAN
    Rumusan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Apa maksud ikon model dan tanda pada iklan tersebut serta merepresentasikan apa?
b. Apa maksud istilah dalam kalimat iklan “WOW” dan Pe-ha-pe yang saat ini menjadi tren dalam kehidupan masyarakat terutama pada kalangan para remaja?
c. Mengapa keadaan sosial dan budaya masyarakat dapat berpengaruh pada desain iklan ini?
4. TUJUAN
     Untuk mengetahui maksud ikon dan kalimat yang digunakan dalam iklan baliho kartu As serta representasi dari para bintang iklan yang ditampilkan terhadap perkembangan tren dalam masyarakat dan pengaruh keadaan sosial dan budaya masyarakat terhadap desain iklan ini.
5. LANDASAN TEORI
5.1 Struktur Wacana Iklan
Kata iklan didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai berita pesanan untuk mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan; iklan dapat pula berarti pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa seperti surat kabar dan majalah (KBBI:542). Informasi melalui iklan dinilai berpengaruh langsung maupun tak langsung terhadap persepsi, pemahaman, dan tingkah laku masyarakat (Darmawan, 2006 dalam Andri Wicaksono, 2011). 
5.2 Semiotika
Kata semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” (Sudjiman dan Zoest, 1996:vii) atau seme, yang berarti “penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1996:4). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika (Kurniawan, 2001:49). “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api (Alex Sobur, 2004:17 dalam Noviyanto, 2009).
 Semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda – tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. (Preminger, dkk, 1974 : 980 dalam Pradopo, 2005 : 119).
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
Menurut Barthes komponen – komponen tanda penanda – petanda terdapat juga pada  tanda -tanda bukan bahasa antara lain terdapat pada bentuk mite yakni keseluruhan sistem citra dan kepercayaan yang dibentuk masyarakat untuk mempertahankan dan menonjolkan identitasnya (de Saussure,1988).  Selanjutnya menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengembangan ini disebut sebagai gejala meta -bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonymy). Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan dengan istilah denotasi dan oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian pengembangan nya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi disebut metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebut konotasi yaitu pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsep konotasi ini tentunya didasari tidak hanya oleh paham kognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yakni pemakai tanda dan situasi pemahamannya.
Semiotik memiliki beberapa macam. Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004 via Andini Marta, 2012). Jenis-jenis semiotik ini antara lain :
 1.  Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu.
2.  Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
3.  Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memperhatikan  sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
4.  Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang ada dalam    kebudayaan masyarakat.
5.  Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).
6. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
8. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat.
9. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
 Charles Sanders Peirce, seorang filsuf berkebangsaan Amerika, mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian semiotik. Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu: sintaksis semiotiksemantik semiotik, dan pragmatik semiotik. Sintaksis semiotik mempelajari hubungan antartanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama. Semantik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotis. Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda dalam iklan (dalam hal ini tanda non bahasa) yang mendukung keutuhan wacana. Pragmatik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.
5.3 Ikon, indeks dan simbol.
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya foto.  Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Dan Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat (Alex sobur : 2005).
6. PEMBAHASAN
a. Model iklan sebagai ikon
Iklan kartu As ini menggunakan model seorang artis komedian yang saat ini sedang naik daun, yaitu Sule dan empat orang remaja yang berpenampilan modis dan sedang membawa telepon seluler. Ikon seorang Sule tersebut dihadirkan untuk menarik perhatian para pelanggan karena beberapa faktor. Faktor–faktor tersebut adalah keunikan, kelucuan dan keterkenalan. Sule yang merupakan sosok public figure  yang dikenal oleh masyarakat sebagai aktor, komedian dan juga penyanyi, dianggap mampu menarik perhatian masyarakat. Sule sendiri sebelumnya juga merupakan bintang iklan operator seluler lainnya yakni XL dan kemudian beralih membintangi iklan operator seluler kartu as ini. Hal yang dilakukan Sule terssebut semakin menguatkan persaingan antara kedua operator seluler yang semakin “panas”. Kedua operator seluler tersebut tidak hanya bersaing dalam iklan cetak saja tetapi juga dalam iklan televisi. 
        Dalam perspektif semiotika, iklan dapat dikaji dengan sistem tanda dalam iklan yang terdiri dari  tanda non verbal dan tanda verbal. Tanda non verbal terdiri dari tipografi, warna dan positioning. Sedangkan tanda verbal adalah bahasa yang digunakan dalam iklan.
Tipografi atau tata letak juga memiliki peranan penting dalam desain iklan cetak. Penafsiran tersebut tentunya tidak dapat terlepas dari kultur yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai ikon utama iklan ini, gambar Sule diletakkan di sebelah kata WOW yang menjadi center dalam baliho tersebut. Peletakan kata WOW dengan ukuran besar dan Sule di bagian tengah atas adalah untuk memperlihatkan bahwa  ia adalah ikon utama iklan ini. Di dalam huruf “O” terdapat gambar uang logam Rp500,- yang menekankan bahwa dengan biaya tersebut sudah mendapatkan banyak bonus. Di sekitar huruf “O” juga terdapat tanda untuk menyiratkan keterkejutan.
Selain dilihat melalui tipografinya, kajian semiotika iklan juga dapat dikaji melalui warna yang digunakan. Setiap warna memiliki makna sendiri. Dalam iklan ini, Sule menggunakan jaket berwarna merah sambil bergaya menelpon dengan menggunakan tangan kirinya. Penggunaan warna merah dimaksudkan untuk memperlihatkan identitas operator seluler, Kartu As sebagai produk dari Telkomsel memiliki identitas warna merah. Sedangkan untuk operator seluler lainnya, seperti indosat memiliki identitas warna kuning, XL dengan warna birunya, smart fren dengan warna pink, axis dengan warna ungu dan warna hijau untuk esia. Warna merah tersebut juga senada dengan warna tulisan WOW. Bulatan –bulatan berwarna kuning, pink serta ungu di bawah tulisan GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe ini juga tidak begitu saja dihadirkan tanpa maksud. Pemilihan warna tersebut untuk memperlihatkan persaingan dengan produk operator seluler lain yang telah disinggung di atas.
Iklan ini memposisikan dirinya sebagai iklan operator seluler yang memberikan kejutan dengan tarif yang murah namun banyak bonus yang didapat. Selain itu, iklan ini juga memposisikan diri sebagai iklan yang dapat dipercaya dengan tidak memberikan janji palsu yakni dengan kalimat GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe.
Sedangkan untuk ikon seorang remaja laki – laki dan tiga orang remaja perempuan menggambarkan target pangsa pasar pengguna kartu as yang didominasi oleh para remaja. Gaya serta posisi para model iklan tersebut pun memiliki makna tersendiri. Foto tiga remaja perempuan yang tampak antusias melihat laki-laki tersebut menggambarkan ketertarikannya pada remaja laki – laki tersebut. Para remaja perempuan tersebut seakan ingin menggapai si laki – laki. Mereka bertiga pun terlihat memegang telepon seluler yang diikuti dengan tiga gambar kecil, yakni gambar burung kecil warna biru yang kita ketahui bahwa gambar tersebut adalah simbol dari salah satu jejaring sosial yang marak di kalangan masyarakat khususnya para remaja, yakni twitter. Setelah itu juga ada tanda amplop kecil berwarna merah muda yang merupakan simbol dari pesan atau e-mail. Lalu yang terakhir adalah gambar balon dialog kecil berwarna hijau yang merupakan simbol dari salah satu fasilitas untuk berkomunikasi yaitu chat messanger. Dalam hal ini, kartu as ingin menegaskan bahwa hanya dengan Rp500,00 saja, para konsumen sudah dapat menikmati berbagai manfaat komunikasi yang disediakan, seperti fasilitas internet, pesan sms, chat messanger, serta telepon.
b. Aspek Kebahasaan
Aspek kebahasaan atau tanda verbal dalam iklan cetak merupakan salah satu elemen yang penting untuk menegaskan maksud pesan yang ingin disampaikan produsen kepada masyarakat. Bahasa iklan adalah bahasa persuasif yang mengajak masyarakat dan mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan produk tersebut. Kalimat yang persuasif dan menarik nantinya akan mempengaruhi pemikiran konsumen yang mendorong untuk membeli produk. Aspek kebahasaan dalam iklan dapat ditinjau dari segi pragmatik. Morris (1960) mengatakan bahwa pragmatik merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik dapat diartikan sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan cara tanda bahasa itu diinterpretasikan. yang dimaksud orang menurut definisi tersebut adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur.
Dalam iklan, kedudukan teks lebih rumit dan bervariasi. Ada teks yang berfungsi sebagai caption seperti dalam koran, ada juga teks yang menjadi bagian dari gambar itu sendiri. Bahkan ada teks yang ditempatkan secara marjinal seolah-olah tidak penting. Segala teknik ini merupakan bagian dari logo-teknik yang semakin maju. Oleh karena itu teks iklan lebih leluasa untuk berkembang menjadi sebuah seni persuasi atau retorika. (ST Sunardi, 2002 : 184)
Iklan memerlukan tampilan yang dikemas dengan bahasa membumi, kontekstual, dan ‘gaul’. Kondisi ini yang menyebabkan ada keprihatinan pada banyak kalangan. Ada yang berpendapat bahwa bahasa iklan tidak mesti sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi belum ada kriteria bagaimana sebaiknya bahasa iklan tersebut. Sebagai bagian dari pengungkapan ide, Iklan operator seluler harus memiliki kesatuan atau keutuhan wacana atau tulisan yang dapat mencerminkan ide atau permasalahan yang ingin diungkapkan oleh penulis sehingga informasi atau hal-hal yang ingin diungkapkan oleh  kreator iklan dapat dimengerti dengan mudah oleh masyarakat yang tertidri dari berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda (Andri Wicaksono : 2011) 
  Bahasa yang digunakan dalam iklan ini disesuaikan dengan sasaran konsumen dalam masyarakat, yakni para remaja. Dalam iklan ini, kata–kata yang digunakan adalah kata-kata dan istilah yang familiar di kalangan para remaja. “WOW GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe.” Pe.Ha.Pe adalah akronim dari pemberi harapan palsu. Julukan ini sering dilekatkan pada seseorang yang suka memberi harapan palsu pada orang lain. Awal mulanya istilah ini digunakan dalam hubungan asmara antara laki-laki dan perempuan namun saat ini istilah tersebut sudah digunakan dalam banyak konteks. Jika dikaitkan dengan gambar foto model remaja laki-laki yang menoleh ke belakang, ke arah para remaja perempuan yang mengaguminya itu sambil memegang telepon selulernya, maka dapat diartikan juga bahwa laki –laki tersebut merepresentasikan sikap yang tidak memberi harapan palsu karena dia bergaya seakan sedang membalas pesan yang dikirimkan oleh para fansnya. Penulisan fonetik Pe.Ha.Pe dan bukannya PHP ini digunakan untuk memberi penekanan bahwa produk ini benar-benar ingin mencitrakan tentang keseriusan dan bukan hanya menawarkan janji palsu yang bisa membuat masyarakat tertipu dan tidak percaya lagi pada produk tersebut. Untuk penggunaan kata WOW, saat ini kata tersebut sedang marak digunakan untuk mengekspresikan keterkejutan. Hal ini tidak terlepas dari ikon salah satu artis yang memopulerkan kata tersebut ketika lawan bicaranya bercerita dengan heboh lalu ia menjawab dengan lantang, “Terus Gue harus bilang WOW gitu?”  Penggunaan kalimat-kalimat tersebut memiliki kedekatan dengan dunia remaja dan pergaulannya, apalagi produk ini saat ini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat yang selalu membutuhkan sarana pendukung komunikasi untuk kebutuhannya sehari–hari.
Selain itu, kalimat tersebut memiliki implikatur. Implikatur menurut Grice (dalam Suseno,1993:30 via Mulyana) mengemukakan bahwa implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu “yang berbeda” tersebut adalah maksud pembicara yangdikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi. Implikatur yang memungkinkan dalam kalimat tersebut adalah menyatakan secara tidak langsung bahwa operator seluler lainnya memberi harapan palsu pada konsumen. Apalagi  dengan melihat kondisi dalam masyarakat bahwa persaingan antar operator seluler di Indonesia semakin gencar. Setiap perusahaan ingin mencitrakan bahwa produk mereka adalah yang paling unggul. Bahkan ada beberapa iklan, khusunya iklan operator seluler yang memperlihatkan persaiangan secara terang-terangan.
7. Catatan Kritis
Dalam catatan kritis ini membahas mengenai hal-hal yang belum dijelaskan dalam bab pembahasan. Hal-hal tersebut adalah tentang keterkaitan tanda dalam iklan dengan  keadaan sosial masyarakat. Semiotika sosial memiliki implikasi lebih jauh dalam kaitannya dengan hakikat teks sebagai gejala yang dinamis. Sebagai ilmu tanda, semiotika sosial mesti dipahami dalam kaitannya dengan konteks, di mana tanda-tanda tersebut difungsikan. Tanda tidak berfungsi dalam dirinya sendiri. Oleh karena itulah, baik dalam strukturalisme maupun dalam semiotika konsep antarhubungan memegang peranan yang sangat menentukan (Ratna, 2004:118).
Iklan yang berkembang dalam masyarakat tentunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat setempat. Berbicara tentang sosial dan budaya dapat dikaitkan dengan teori habitus Pierre Bourdieu. Secara sederhana habitus merupakan sekian produk perilaku yang muncul dari berbagai pengalaman hidup manusia, yang juga merupakan akumulasi dari hasil kebiasaan dan adaptasi manusia, yang bahkan dapat muncul tanpa disadari.  Habitus berangkat dari kesejarahan seseorang yang sudah mengalami proses internalisasi yang lama dan akut dalam diri sesorang, kemudian tereksternalisasi ulang dalam ruang yang memungkinkan untuk mengimprovisasi. Bersifat dinamis atau “sejarah yang mendarah-daging pada individu, terinternalisasi secara alami sehingga dilupakan sebagai sejarah”. Habitus meresap dalam diri, terdisposisi, dan menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari agensi
Beragamnya warna dan gambar yang ditampilkan dalam iklan ini merupakan salah satu ciri khas iklan cetak di Indonesia  yang menyukai konsep keglamouran. Dalam pembuatan desain iklan banyak dipengaruhi oleh budaya yang berkembang dalam masyarakat tempat iklan tersebut dipublikasikan. Konsep glamour ini dapat merepresentasikan cara berpikir kebanyakan orang Indonesia yang cenderung lebih njlimet  daripada orang-orang dari kawasan Eropa atau Amerika yang dalam pembuatan iklan cetak cenderung lebih simpel namun tetap terlihat elegan. Semakin banyak gambar dan warna yang digunakan, semakin terlihat bahwa produk tersebut berusaha untuk memikat konsumen dengan iklan yang “eye catching”.
Sesuai dengan fungsi iklan untuk membentuk brand image dan akan memiliki dampak yang besar terhadap cara berpikir masyarakat yang selanjutnya berproses mengubah perilaku dan membentuk gaya hidup dan budaya konsumsi dalam masyarakat. Secara tidak langsung, aspek-aspek dalam iklan mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Namun demikian, hal sebaliknya juga dapat terjadi, yakni iklan juga dapat merepresentasikan fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Contoh konkritnya adalah pada pemilihan ikon dan bahasa yang digunakan dalam iklan ini merupakan representasi fenomena dalam masyarakat khususnya para remaja, yakni penggunaan alat komunikasi yang tidak terlepas dari aktivitas dalam kehidupan sehari-harinya.
8. KESIMPULAN
     Dari pembahasan yang telah dijabarkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Ikon model yang dipilih dalam iklan tersebut karena beberapa faktor.  Faktor – faktor tersebut adalah keunikan, kelucuan dan keterkenalan. Sule yang merupakan sosok public figure  yang dikenal oleh masyarakat sebagai aktor, komedian dan juga penyanyi, dianggap mampu menarik perhatian masyarakat. Selain itu, ikon beberapa remaja berpenampilan modis dalam iklan ini adalah merepresentasikan sasaran dari operator seluler ini yang didominasi oleh remaja.
2. Kalimat utama iklan “WOW GRATISNYA BUKAN P   e.Ha.Pe.” merupakan istilah dalam bahasa gaul yang berarti bahwa operator seluler ini bukanlah pemberi harapan palsu tentang bonus yang diberikan pada konsumen. Hal ini disesuaikan dengan sasaran konsumen yaitu para remaja. Kalimat tersebut meyakinkan masyarakat bahwa produk ini benar-benar memberikan banyak bonus dengan harga yang murah.
3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat memiliki pengaruh terhadap pembuatan desain iklan sehingga iklan juga dapat merepresentasikan keadaan sosial dan budaya suatu masyarakat. Demikian juga sebaliknya,  iklan juga memiliki pengaruh terhadap pembentukan pola pikir dan perilaku masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sunardi, ST. 2002. Semiotika Negativa. Yogyakarta : Kanal.
http://socialmasterpice.blogspot.com/2011/03/pierre-bourdieu-teori-sosial-berbenah.html






 

No comments:

Post a Comment