Hidup ini terlalu unik untuk disebut sebagai kebetulan.
Sebuah cerita menarik tentang misteri pencarian yang aku alami. Awal semester 8, aku mencari sebuah buku dongeng yang salah satunya akan kugunakan sebagai objek skripsi yakni "Dongeng Si Penjual Kucing" cerita rakyat dari madura. Buku tersebut berjudul "Dongeng Rakyat 33 Provinsi dari Aceh sampai Papua" karya Dea Rosa. Aku menemukannya di google books, namun ketika kuunduh, buku itu hanya sebagian, tidak termasuk cerita yang aku cari.
Hari demi hari kucari buku tersebut, menyisir toko buku besar, toko buku bekas, perpustakaan, sampai toko online pun tak kunjung kutemukan buku yang kumaksud. Setelah jenuh, ke sana ke mari, aku pun menanyakan pada penerbitnya via email. Dia bilang stok bukunya tinggal satu. Katanya orang dari penerbit akan ke malang dan membawakan buku tersebut. Aku senang. Setelah bertemu, akupun menyadari bahwa buku tersebut bukanlah yang kumaksud. Memang penulisnya sama, namun kontennya berbeda. Tak ada dongeng yang kucari. Namun kemudian, ia memberikan saja buku yang salah ia bawa itu padaku secara cuma-cuma.Lumayanlah..buat koleksi perpustakaanku. hehehe.Kemudian beliau pun memberiku kontak penulisnya. Beliau yang baik itu juga sempat menawariku untuk menulis buku di penerbitnya, namun tentu saja bukan buku fiksi, dan aku belum berminat untuk menulis buku non-fiksi. Mungkin lain waktu :)
Aku pun segera menghubungi penulisnya. Ia pun berterima kasih karena aku mengapresiasi salah satu karya tulisnya. Namun ternyata penulisnya pun tak memiliki stok buku itu. Aku pun menyerah. Ya sudah. tak mengapa, toh aku telah membaca ceritanya di google books. Cuma kalau ada bukti fisiknya, karya tersebut kan bisa lebih valid sebagai obyek penelitian.
Hingga suatu hari, aku sudah tak terlalu mempedulikannya. Perhatianku tersita pada pencarian buku-buku referensi untuk mendukung penelitian studi pustakaku. Beberapa bulan kemudian, tepatnya kemarin, 27 Juni, aku pergi ke perpustakaan kota. Tiba-tiba mataku menangkap sebuah judul sampul dan buku yang tampak tak asing lagi di kepalaku. NAH!!! Ini dia buku yang kucari-cari sejak dulu, nyatanya sekarang ketika aku mencari buku yang lainnya, ia malah dengan santainya bertengger rapi di deretan buku-buku dongeng. Aku pun tertawa mengingat ke belakang. Memang yaa..tak ada yang sia-sia dengan pencarian selama ini, mungkin memang tak selalu cepat dan langsung ketemu, mungkin jalan pertemuannya memang harus memutar, menggelinding, membentur dan lain-lain. Sampai akhirnya kerelaan untuk melepaskan dan tak menghiraukannya justru membawaku untuk bertemu dengannya.
Hei, tiba-tiba aku menyadari sesuatu. Oke, pencarian ini mungkin hanya terlihat simpel, sederhana, dan yah..cuma masalah buku. Tapi buku itu memang penting bagiku. Sehari sebelumnya aku sempat memposting beberapa kalimat quote seperti ini :
You could also change the word happiness for love and the same would be true.
If you chase love, it will run away from you.
If you continue with your life without the desperation of looking for love (or happiness), you’ll find it will eventually come along when you least expect it.
-from http://www.quotes.cl/happiness-is-like-a-butterfly-thoreau/
Ya, ini sama saja kan kasusnya, hanya mungkin perbedaan itu terletak pada obyek pencariannya saja.
hmmmm..aku jadi berpikir, apakah hal ini juga berlaku untuk jodoh? Sesuatu yang selalu dan terlalu terasa misterius bagiku. hahahaha. entahlah. Mungkin kita bisa menjawabnya jika kita telah menemukannya lalu kita melihat kembali masa lalu. Seperti cerita beralur mundur.Seperti halnya kepingan mozaik cerita Edensor yang ditulis Andrea Hirata yang menjadi salah satu buku favoritku :) Inilah sekeping mozaik cerita hidupku, seperti juga saat pertemuan singkatku denganmu di suatu waktu di masa lalu itu yang menjelma menjadi kenangan untuk saat ini.
Teruntuk masa depanku di seberang sana, aku punya harapan, dan kuyakin harapan itu kan menjadi penyala dalam perjalananku melewati waktu menuju masa depan yang kadang terasa gelap dan samar-samar.
Semoga mentari esok kan bersinar lebih cerah. :)
28062013
Sebuah cerita menarik tentang misteri pencarian yang aku alami. Awal semester 8, aku mencari sebuah buku dongeng yang salah satunya akan kugunakan sebagai objek skripsi yakni "Dongeng Si Penjual Kucing" cerita rakyat dari madura. Buku tersebut berjudul "Dongeng Rakyat 33 Provinsi dari Aceh sampai Papua" karya Dea Rosa. Aku menemukannya di google books, namun ketika kuunduh, buku itu hanya sebagian, tidak termasuk cerita yang aku cari.
Hari demi hari kucari buku tersebut, menyisir toko buku besar, toko buku bekas, perpustakaan, sampai toko online pun tak kunjung kutemukan buku yang kumaksud. Setelah jenuh, ke sana ke mari, aku pun menanyakan pada penerbitnya via email. Dia bilang stok bukunya tinggal satu. Katanya orang dari penerbit akan ke malang dan membawakan buku tersebut. Aku senang. Setelah bertemu, akupun menyadari bahwa buku tersebut bukanlah yang kumaksud. Memang penulisnya sama, namun kontennya berbeda. Tak ada dongeng yang kucari. Namun kemudian, ia memberikan saja buku yang salah ia bawa itu padaku secara cuma-cuma.Lumayanlah..buat koleksi perpustakaanku. hehehe.Kemudian beliau pun memberiku kontak penulisnya. Beliau yang baik itu juga sempat menawariku untuk menulis buku di penerbitnya, namun tentu saja bukan buku fiksi, dan aku belum berminat untuk menulis buku non-fiksi. Mungkin lain waktu :)
Aku pun segera menghubungi penulisnya. Ia pun berterima kasih karena aku mengapresiasi salah satu karya tulisnya. Namun ternyata penulisnya pun tak memiliki stok buku itu. Aku pun menyerah. Ya sudah. tak mengapa, toh aku telah membaca ceritanya di google books. Cuma kalau ada bukti fisiknya, karya tersebut kan bisa lebih valid sebagai obyek penelitian.
Hingga suatu hari, aku sudah tak terlalu mempedulikannya. Perhatianku tersita pada pencarian buku-buku referensi untuk mendukung penelitian studi pustakaku. Beberapa bulan kemudian, tepatnya kemarin, 27 Juni, aku pergi ke perpustakaan kota. Tiba-tiba mataku menangkap sebuah judul sampul dan buku yang tampak tak asing lagi di kepalaku. NAH!!! Ini dia buku yang kucari-cari sejak dulu, nyatanya sekarang ketika aku mencari buku yang lainnya, ia malah dengan santainya bertengger rapi di deretan buku-buku dongeng. Aku pun tertawa mengingat ke belakang. Memang yaa..tak ada yang sia-sia dengan pencarian selama ini, mungkin memang tak selalu cepat dan langsung ketemu, mungkin jalan pertemuannya memang harus memutar, menggelinding, membentur dan lain-lain. Sampai akhirnya kerelaan untuk melepaskan dan tak menghiraukannya justru membawaku untuk bertemu dengannya.
Hei, tiba-tiba aku menyadari sesuatu. Oke, pencarian ini mungkin hanya terlihat simpel, sederhana, dan yah..cuma masalah buku. Tapi buku itu memang penting bagiku. Sehari sebelumnya aku sempat memposting beberapa kalimat quote seperti ini :
Happiness is like a butterfly.Don’t chase happiness, it will come by itself when you least expect it.
The more you chase it, the more it eludes you.
But if you turn your attention to other things,
It comes and sits softly on your shoulder.
– Henry David Thoreau
You could also change the word happiness for love and the same would be true.
If you chase love, it will run away from you.
If you continue with your life without the desperation of looking for love (or happiness), you’ll find it will eventually come along when you least expect it.
-from http://www.quotes.cl/happiness-is-like-a-butterfly-thoreau/
Ya, ini sama saja kan kasusnya, hanya mungkin perbedaan itu terletak pada obyek pencariannya saja.
hmmmm..aku jadi berpikir, apakah hal ini juga berlaku untuk jodoh? Sesuatu yang selalu dan terlalu terasa misterius bagiku. hahahaha. entahlah. Mungkin kita bisa menjawabnya jika kita telah menemukannya lalu kita melihat kembali masa lalu. Seperti cerita beralur mundur.Seperti halnya kepingan mozaik cerita Edensor yang ditulis Andrea Hirata yang menjadi salah satu buku favoritku :) Inilah sekeping mozaik cerita hidupku, seperti juga saat pertemuan singkatku denganmu di suatu waktu di masa lalu itu yang menjelma menjadi kenangan untuk saat ini.
Teruntuk masa depanku di seberang sana, aku punya harapan, dan kuyakin harapan itu kan menjadi penyala dalam perjalananku melewati waktu menuju masa depan yang kadang terasa gelap dan samar-samar.
Semoga mentari esok kan bersinar lebih cerah. :)
28062013