Friday, 16 July 2021

Camping Bersama Keluarga di Pantai Goa Cina (2018)

Cerah ceria

    Camping di pantai bareng keluarga? Rempong ya? Tapi seru lho! Hehehe. Di sini aku mau cerita pengalamanku camping bareng keluarga di Pantai Goa Cina yang tentu saja dilakukan saat sebelum pandemi menyerang. 

    Pertengahan bulan Juli 2018, aku bersama suami, kedua adikku, om, tante, dan kedua sepupuku menyewa sebuah tenda dan kompor kecil untuk bermalam di Pantai Goa Cina. Azkiya mana? Aku baru hamil Azkiya setahun kemudian, Juli 2019. Hihihi. 

    Oh ya, selain tenda dan kompor, kami juga membawa perlengkapan tempur seperti karpet, selimut, perlengkapan pribadi, air dalam galon, obat-obatan, bola untuk main di pantai dan tidak ketinggalan makanan mateng (ini banyak banget masya Allah) berasa piknik. Emang enak ya main sama emak-emak. Konsumsi aman. Untunglah bagian belakang mobil kami masih muat diisi aneka perbekalan tersebut.

Pasar ikan sendang biru
    Kami berangkat dari rumah sabtu siang. Saat itu bersamaan dengan event konvoi arema yang membuat jalan utama macet. Kami mampir ke kios ikan di dekat pemancingan sumber maron dan istirahat sambil menunaikan salat ashar di masjid. Setelah itu kami melanjutkan ke pasar ikan sendang biru. Ikan-ikan segar berdatangan dari nelayan yang baru pulang melaut. Baunya amis. Yaiyalah..kalau wangi toko parfum dong. Hehehe. Setelah membeli ikan tongkol atau tuna ya, aku lupa, kami menunaikan salat magrib di masjid berornamen cina di rest area Jalur Lintas Selatan (JLS). Fasilitas masjid cukup bagus sehingga kami bisa beribadah dengan nyaman. Oh ya jalan lintas selatan saat itu juga lebih baik daripada sebelumnya sehingga memudahkan akses bagi para wisatawan.

   Sesampainya kami tiba di pantai Goa Cina, hari sudah gelap. Wah ternyata ada juga beberapa orang yang akan berkemah di sini juga, tetapi tidak banyak. Camping ground di sini tidak terlalu dekat dengan bibir pantai, kontur tanahnya agak naik agar tidak terkena ombak saat air pasang. Kami segera mendirikan tenda dan membuat api unggun dari kayu dan ranting. Yippyyy berasa anak pramuka lagi. Api kita sudah menyala..api kita sudah menyala...😆 (Yang merasa anak pramuka, lanjutkaaann wkwkwk).

     Setelah itu kami mulai menikmati makan malam dari bekal sembari membakar ikan yang telah kami beli tadi. Makan bersama sambil ditemani suara debur ombak dan angin malam terasa syahdu. 

    Untuk fasilitas umum di sini cukup lengkap. Ada tempat parkir yang cukup luas, toilet dan kamar mandi dengan air bersih, musala, warung yang menyediakan minuman hangat, camilan dan mie instan. Beberapa pedagang juga ada yang tinggal di warung-warung tersebut.

Fajar di pantai

    Pagi harinya, kami terbangun dengan pemandangan fajar yang indah. Samar-samar mulai terlihat pemandangan lautan dan juga bukit karang yang menjadi ciri khas pantai ini. Nama pantai ini diambil dari goa pertapaan yang ada di bukit karang. Kemungkinan yang bertapa dulunya adalah orang cina. Senang sekali rasanya menikmati pemandangan matahari terbit di pantai setelah salat subuh. Kami pun bersiap untuk keceh dan berfoto hehehehe. Ombak saat itu cukup keras sehingga kami tidak mandi di pantai. Setelah puas keceh dan bermain pasir, kami main voli. Eh ternyata aku memang nggak bakat main voli. Kalah terus. Lelah bermain, akhirnya kami membersihkan diri, mandi dengan air bersih lalu dilanjutkan dengan breakfast with the view. Hahaha. Padahal makanan yang kami makan cukup sederhana, tetapi terasa menyenangkan. 

Ombak pagi hari

    Sekitar jam 10-an, kami bersiap berkemas. Sementara pengunjung pantai semakin ramai berdatangan. Tak disangka ternyata di bawah tenda kami ada banyak semut. Wah...kami segera membersihkan dan juga mengumpulkan sampah dalam satu kresek. Sayangnya kami tidak membawa garam grasak atau semprotan serangga. 

    Setelah beres, kami pun pulang. Sebagai mantan anak pramuka yang mengamalkan dasa dharma pramuka (ceilah) kami mengumpulkan sampah dan membuang di tempat yang disediakan. Kami pun pulang dengan hati yang riang gembira. Namun demikian, di perjalanan kami harus bersabar lagi. Ternyata macet sekali karena saat itu memang musim liburan sekolah. Apalagi menuju arah pantai. Bersyukur kami bermalam di sana. 



Goa Cina
 Kenangan tentang pantai membuatku rindu. Ingin rasanya mengajak Azkiya mengunjungi salah satu pantai indah di JLS. Namun pandemi masih belum usai, sehingga kami harus menunda untuk bepergian. Camping bersama keluarga merupakan salah satu cara untuk mengenalkan, mencintai dan melestarikan alam sekitar. Menumbuhkan kemandirian dan ketangguhan, serta yang terpenting adalah untuk mensyukuri karunia ciptaan Tuhan yang begitu indah.
ini

Piknik
foto bersama


breaking dawn
honey moon? >_<v




Mid july - 2021



1 comment:

  1. G sabar nunggu pandemi berlalu dan bisa nyobain kemah juga..

    ReplyDelete