Tuesday, 28 February 2023

Run Lea Run (Part 6 - END)

Sebulan pasca wisuda, Rei diterima di sebuah perusahaan BUMN di Jakarta. Sementara Lea belum memasukkan lamaran pekerjaan ke manapun. Ia fokus mempersiapkan berkas dan persiapan untuk pendaftaran pengajar muda. Ia memberanikan diri mendaftar bersama puluhan ribu kandidat fresh graduate untuk mengajar di pelosok. Tahap demi tahap dilaluinya dengan hati yang lebih tenang meskipun kadang ia juga merasa insecure dengan para pesaingnya yang memiliki profil lebih menarik dan pengalaman yang sangat.banyak. Lolos atau tidaknya nanti adalah hasil yang terbaik, sementara ia telah berusaha sebaik-baiknya. 


Di hari pengumuman, Lea merasa deg-degan. Ia buka email perlahan. Betapa terkejutnya ia mendapatkan email ucapan selamat bahwa ia dinyatakan lolos dan harap mempersiapkan diri untuk pembekalan dan keberangkatan. Ia menangis terharu penuh syukur karena Tuhan mengabulkan impiannya tersebut. Ibu dan ayahnya pun ikut senang. Mereka mengadakan tasyakuran sebelum Lea meninggalkan rumah selama setahun untuk memulai petualangan barunya di Indonesia bagian selatan. Ia mendapatkan penempatan ke sebuah desa di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. 


“Selamat ya Le,” ucap Rei di ujung telepon.


“Alhamdulillah, selamat juga ya  Rei. Wah sayang banget kamu nggak datang ke acara tasyakuran. Padahal bisa sekalian bareng-bareng tasyakurannya”


“Iya nih. Aku harus segera mempersiapkan untuk training. Pas banget barengan waktunya. Ntar kapan-kapan aku yang traktir deh.”


“Tahun depan dong! Kan aku baru bisa pulang tahun depan,” balas Lea.


“Hmm..iya benar juga. Siap deh. Nanti aku kabari. Jaga kesehatan ya.”


“Kayaknya selama di sana aku nggak bisa sering-sering kontak ya. Belum tahu kondisi sinyal di sana kayak gimana. Beneran nih aku bakal berpetualang ke pulau yang jauh dari kota.”


“Oke. Tapi jangan minta pulang lho ya di sana. Kasihan warga di sana kalau harus ngantar kamu pulang.”


“Rei…mulai lagi nih garing deh ya jokesnya. Oh ya Rei..kita gima…” 


“Rei..bantuin Mama!!” 


Belum selesai Lea berkata, tetapi di ujung telepon sana suara mama Rei memanggilnya. 


“Iya Ma. Eh udah dulu ya Le. Mamaku manggil nih. Semangat dan good luck ya. Bye.”


“Bye Rei…Good luck for you too” 

 

Tak lama telepon ditutup sambil saling mendoakan untuk kesuksesan jalan yang dipilih mereka masing-masing. Namun, masih ada yang sedikit menggajal di hati Lea. 



3 tahun kemudian.


Lea sudah kembali ke kampung halamannya setelah bertugas di Pulau Rote. Kini ia bekerja di salah satu penerbit besar yang kerap mengadakan event. Ia menjadi bagian dari  tim marketing dan sering mobilisasi apalagi saat ada penulis yang mengadakan roadshow untuk promo buku barunya. Dulu ia pernah menangis-nangis setelah ditolak oleh penerbit tersebut, tetapi saat ini ia bersyukur diterima di sini meskipun bukan sebagai penulis. Ternyata ia memiliki keterampilan yang lebih baik di dalam bidang marketing. 


“Lho Bu, ini ada undangan nikah Reinald dan Sofia. Ini si Rei temen aku?” tanya Lea dengan wajah bingung. Semenjak ia pergi ke Pulau Rote dan bekerja di penerbit, ia sudah jarang sekali bertukar kabar dengan Rei. Terakhir kali ia mendapat kabar bahwa Rei dipromosikan naik jabatan karena kinerjanya yang bagus dan disiplin. 


“Oh iya. Mamanya Rei kemarin kirim undangan ini. Katanya sekalian juga buat kamu. Tuh ada 2 kan undangannya.”


“Kok Rei nggak pernah cerita?” tanya Lea. 


“Sibuk mungkin. Ini aja dia masih di Jakarta. Nanti nikahannya juga di Jakarta dan di Jogja sini.” 


Lea segera menelpon Rei. Namun nomor yang dituju sedang sibuk. Ia mengirimkan pesan pada Rei. Perasaannya campur aduk. Memang sih mereka hanya berteman, tetapi tanpa sengaja Rei pernah mengisi kekosongan di hati Lea saat 3 tahun yang lalu. Pesan dari Lea dibalas tengah malam. 


“Maaf ya Le. Aku nggak pernah cerita karena semua memang terjadi dengan cepat. Aku harap kamu bisa datang.”


Lea tahu bahwa ia tak berhak marah. Lea paham bahwa mereka hanya teman dan tidak lebih. Keesokan harinya Lea mengambil sepatu olahraganya yang lama tak dipakai. Ia kembali lari pagi. Ia teringat dialog-dialog recehnya bersama Rei. Ia melewati jogging track favorit mereka dan beristirahat sejenak di taman dengan kolam koi. Namun ia terkejut bahwa kolam koi itu sudah tidak lagi ada. Ia merasa semakin kehilangan. Sayup-sayup ia mendengar sebuah lagu diputar dari sebuah toko bunga di depan taman. Lagu favoritnya dulu mengapa sekarang rasanya berbeda ya. Bukan lagi hangat yang menjalari tubuhnya tetapi rasa dingin yang menusuk. Ia pun masuk ke toko bunga tersebut sambil membeli beberapa bunga dandelion. Setelah itu ia melanjutkan lari paginya sambil membawa bunga dandelion. Mahkota dandelion itu terlepas satu persatu ditiup angin yang berlawanan dengan arah larinya. Indah. Ia menikmati momen tersebut sambil sesekali meniup kelopaknya. Ia mencoba berdamai dan melepaskan apa yang mengganjal di hatinya yang tak pernah terungkap. Akhirnya ia membalas pesan dari Rei semalam dengan tersenyum lega. 


“Selamat ya Rei. Semoga lancar.”


Dan Lea pun akhirnya menjadikan lari pagi sebagai rutinitas paginya sebelum berangkat kerja dan di akhir pekan. Seminggu 3 kali membuatnya kini menjadi lebih sehat, segar dan bersemangat. 


 


Sunday, 26 February 2023

Run Lea Run (Part 5)

 


“Le, masih sedih?” tanya Rei hati-hati di ujung telepon.


“Iya. Masih nyesek aja. Kayak ada yang ngganjel gitu,” jawab Lea.


“Mau lari lagi besok pagi? Biasanya aku kalau lagi sumpek, aku bawa lari pagi. Setelahnya agak lebih baik.”


“Hm..Boleh. Kayaknya aku pengen larinya sendirian dulu deh.”


“Kenapa? Khawatir ketemu Boni lagi? Udah nggak usah didengerin omongan dia. Dasar tukang ngompor emang tuh anak!” 


“Bukan Rei. Aku pengen lebih tenang aja. Lagipula bukannya kamu besok ada interview lamaran kerja?” 


“Oh iya, hampir lupa. Hehehe. Makasih Le udah diingatkan. Ya udah, take care ya.”


Do you really care of me?” Pertanyaan Lea kali ini membuat hati Rei berdenyut.


Sure, Lea. Udah mendingan sekarang segera tidur dan berhenti overthinking. Besok lari pagi aja, jangan lari dari kenyataan. Okay?”


“Woiii. aku masih waras kali Rei. Ya udah, Good luck Rei.”


“Yo! Makasih. Bye.” Percakapan mereka selesai. Namun masih menyisakan pertanyaan yang tak sempat ditanyakan dan hanya mampu didengungkan dalam kepada mereka masing-masing. Mereka pun memasuki alam mimpi dengan membawa pertanyaan tersebut.


Keesokan harinya, Lea kembali melakukan lari pagi. Kali ini ia lakukan lebih pagi, sekitar jam 06.30. Seru sekali melihat jalan raya diramaikan oleh kendaraan yang ditumpangi oleh anak-anak yang berangkat sekolah diantar orang tuanya, para orang dewasa yang berangkat bekerja ke tempat kerjanya masing-masing serta para pedagang makanan dan tukang sayur yang berkeliling. Melihat kesibukan tersebut, Lea berhenti sejenak. Mengatur napas dan minum air mineral. Hati dan pikirannya kini terasa lebih plong dan ringan. Sinar matahari mulai menyapa dan menghangatkan tubuhnya. Ini membuatnya nyaman dan kembali bersemangat. Ia melanjutkan langkah kakinya menuju taman yang di tengahnya ada air mancur dan kolam ikan koi. Benar-benar menenangkan dan menghilangkan stres. 


Sebuah pesan whatsapp masuk ke ponselnya. Dari Rei.


Woiiii jangan melamun di pinggir kolam. Awas kecebur digigit ikan koi!” 


Sebuah pesan singkat dikirim dengan diikuti stiker lucu dan ekspresi menyebalkan. Seketika Lea mengedarkan pandangannya mencari sosok Rei. Dari mana ia tahu kalau Lea sedang berada di dekat kolam ikan. Tak ada sosok Rei di sekitarnya. Aneh. Hanya ada beberapa lansia yang sedang berjalan-jalan sambil ngobrol. 


“Rei kamu di mana? Dari mana kamu tahu aku ada di dekat kolam ikan?” tanya Lea penuh penasaran.


“Dengan radarku, menemukanmuuuuuu….” Rei membalas dengan cuplikan lagu favorit Lea. 


Tak terasa sebersit senyum menghiasi wajah Lea. Gombalan Rei berhasil menerbitkan senyumnya. Ah akhirnya ia bisa kembali tersenyum lagi setelah badai yang menghantamnya dengan keras. Lea kembali memasukkan ponselnya dan kembali berlari. Hatinya menghangat. 




Saturday, 25 February 2023

Run Lea Run (Part 4)

 “Halo, selamat siang, dengan Alea Ariessa ?” 

“Iya betul, Bu,” jawab Lea dengan perasaan yang campur aduk. 


“Kami dari penerbit Bintang Pusaka menginformasikan bahwa naskah yang Anda kirimkan melalui surel minggu lalu cukup menarik. Namun sayangnya kami masih belum dapat menerimanya karena temanya tidak sesuai dengan naskah-naskah yang dicari oleh penerbit kami. Mungkin Alea bisa menyesuaikan tema dengan jenis tema dan genre yang kami cari. Bisa dicek di web dan sosial media ya. Atau bisa juga dengan mengirimkan ke penerbit lainnya yang sesuai dengan tema yang Alea tulis. Mohon maaf ya. Semoga bisa bekerja sama di lain kesempatan.”


“Iya Bu. Baik, terima kasih untuk pemberitahuannya. Selamat siang.”


Mood Lea yang sudah berantakan sejak tadi, saat ini semakin hancur. Ia biarkan air mata mengalir di pipinya. Susah payah ia menyelesaikan naskah novel itu setelah ia menyelesaikan skripsinya. Mungkin belum rezekinya diterbitkan oleh penerbit mayor. Entah kenapa rasa sakit perutnya tiba-tiba menghilang, tetapi berganti dengan rasa sakit di dadanya. Ia sudah berjanji untuk tidak menangis dan terlalu sedih jika naskahnya tidak lolos. Namun namanya penolakan seperti apapun itu, akan tetap terasa menyakitkan. Apalagi setelah berusaha menyelesaikan naskah yang tidak sebentar prosesnya. Tiba-tiba ia ingin tidur siang saja dan mematikan ponselnya. 


Dalam tidur gelisahnya, Lea bermimpi tentang tempat dan kejadian di sekolah SMA nya. Ia berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa di pagi hari. Sesampainya di kelas, tak ada seorang pun teman sekelasnyayang hadir. Demikian juga gurunya. Ia bertanya ke orang-orang yang lewat di depan kelasnya, mereka bilang bahwa murid-murid kelas tersebut pindah ruangan. Namun tak ada yang mengabari Lea. Ia merasa ditinggal dan tak dianggap. Ia menangis tersedu-sedu. Rasanya ia ingin kembali pulang ke rumah saja dan mengunci diri di kamarnya. 


“Lea! Makan dulu! Sudah siang,” teriak ibunya dari luar kamar. Diketuknya pintu kamar Lea, ternyata terkunci. Suara ketukan di pintu kamarnya membangunkannya dari mimpinya yang menyedihkan. Ia membuka pintu kamarnya. Ibunya terkejut melihat Lea yang kusut dan matanya sembab. Ternyata ia benar-benar menangis tersedu dalam posisi tidurnya. Namun, sang ibu memilih diam dan hanya memeluknya. Ia paham bahwa saat sedih, putrinya itu tak mau diberi pertanyaan yang justru membuatnya kesal. Cukup pelukan saja dari orang terkasih mampu meredakan gelisahnya. 



Friday, 24 February 2023

Run Lea Run (Part 3)

 Duh! Kenapa anak ini bisa muncul di sini sih? batin Lea. Mendadak perutnya mules dan nafsu makannya menguap.

“Jadi apa sih Bon..Bon.. Nih krupuk buat ngganjel mulut,” ujar Rei santai, sambil meneruskan makannya.


“Ya kalian berdua ini. Aku curiga sama kalian berdua.Minggu lalu Gea bilang kalau lihat kalian berdua nonton bareng film yang lagi hits itu,” ujar Boni nggak mau kalah. Dengan gayanya yang ceriwis bagai wartawan infotainment itu, perasaan Lea nggak enak. Sebentar lagi mungkin akan muncul gosip tentang dirinya dan Rei di grup alumni. Mereka bertiga adalah teman semasa sekolah. Lea tak terlalu dekat dengan Boni, hanya sekadar kenal dan menyapa jika berpapasan. Lea cukup panik karena Boni dikenal sebagai biang gosip saat masih sekolah dulu. Sedangkan Rei pernah sekelas dengan Boni sehingga ia lebih bisa mengendalikan situasi. 


“Emangnya kalau mau nonton bareng harus jadian dulu ya?” tanya Rei. 


“Biasanya kan kalau nonton berdua tuh kencan. Anak ABG juga biasanya gitu kan?” balas Boni.


“Tapi aku sama Lea kan bukan ABG lagi. Kebetulan aku pingin nonton, eh ternyata Lea juga pingin nonton. Ya daripada nonton sendirian mending bareng-bareng. Ya nggak Le?”


“Eh iya iya.” Lea agak gugup. Ia teringat minggu lalu ketika ia update status tentang film hits yang baru rilis di bioskop. Tiba-tiba Rei mengirimkan pesan untuk mengajaknya nonton bersama. Awalnya Lea ragu, ada apa Rei tiba-tiba mengajaknya? Namun ia mencoba berpikir positif bahwa Rei memang ingin nonton juga. Bukan dengan maksud lainnya. Terlalu dini baginya untuk GR dengan sikap Rei yang berubah sejak pertemuan mereka kembali di reuni. 


“Gimana ya Rei, kalau yang nonton bareng misalnya Aldi, si cassanova sama Fiona, si drama queen, aku nggak akan seheboh ini. Tapi ini adalah Rei, si anak baik dan Lea si kutu buku, yang nggak pernah terlibat gosip sekolah. Itu bisa jadi berita yang bagus kan? Ya kan? Ya kan?” Boni tampak berbinar-binar. 


Lea terburu-buru menghabiskan minuman yang dipesannya. Ia ingin segera meninggalkan warung pecel tersebut. Ia merasa tidak nyaman dan berniat untuk pamit pulang lebih dulu. 


“Rei, Bon, aku pulang duluan ya. Ada titipan dari mamaku untuk beli buah di pasar,” ujar Lea sambil mengeluarkan uang dari dompetnya. “Habis berapa Pak?” tanya Lea pada pemilik warung. “Sudah dibayar tadi sama mas yang itu, Mbak.” Beliau menunjuk Rei sambil tersenyum. 


“Oh iya, makasih Pak. Rei makasih ya. Aku cabut duluan!” Rei mengangguk sambil melambaikan tangannya. Ada sedikit raut kecewa di wajahnya. Ia melihat Boni yang sedang makan dengan kesal. “Pak sekalian bayar makanan si ceriwis ini ya! Kembaliannya diambil aja” teriak Rei pada pemilik warung. “Siap Mas Ganteng!” Bapak pemilik warung tersenyum dengan cerah. 

“Bon, Lea dan aku nggak ada hubungan lebih dari teman. Lea itu cukup sensitif. Tplong jaga perasaannya ya. Jangan nyablak kayak tadi.” 


“Hmm..iya iya. Maaf. Lagian jadian beneran juga nggak masalah kok. Aku kan cuma mau memastikan aja. Makasih ya Gan traktirannya,” ujar Boni.


“Gan apa? Ganteng? Ya emang aku udah ganteng sejak lahir,” Boni tidak tahan untuk menimpuk wajah Rei dengan topinya. 


Sementara itu, Lea merasa lega dan berlari-lari kecil agar segera sampai ke rumah. Ia lupa kalau ia baru saja mengisi perutnya. Sesampainya di rumah, perutnya terasa sakit seperti ditusuk-tusuk. Sebuah panggilan telepon mengalihkan rasa sakitnya sejenak. Di saat yang sama, jantungnya berdegup dengan kencang. 



Wednesday, 22 February 2023

Run Lea Run (Part 2)

 Kejadian yang terjadi pada Lea hampir sama dengan yang ia alami saat SMP kelas 2. Saat itu ia berjalan kaki akan berangkat sekolah. Jalan yang ia lewati cukup ramai. Ia merasa sudah berada di jalur yang tepat dan aman untuk pejalan kaki. Namun tak disangka, seseorang mengendarai motor dengan cukup cepat lewat di sebelah kirinya dan nyaris menyerempetnya. Lea kaget. Tubuhnya gemetar dan kemudian seseorang membawanya ke tepi trotoar dan menenangkannya. Memberinya susu kotak rasa coklat yang ia bawa sebagai bekal. Sayang sekali Lea nggak ingat siapa orang baik yang menolongnya itu karena ia tiba-tiba pergi memacu kembali sepeda gowesnya sebelum Lea mengucapkan terima kasih.


“Le, kamu nggak papa?” Pertanyaan Rei membuyarkan lamunannya ke masa lalunya. Ia minum lagi air mineral yang disodorkan Rei. 


“Rei, kamu tahu nggak siapa yang nolong aku waktu keserempet motor pas masih SMP?” 


Rei terkejut. “Mana kutahu, kan kita nggak akrab saat itu.” 


“Iya ya. Seingatku anak itu gowes pakai sepeda warna tosca. Tas ranselnya juga warna tosca." 


Rei mengingat-ingat, tak banyak anak-anak yang menggunakan sepeda warna tosca dan tas ransel dengan warna senada, kecuali kakaknya, Rio. Jangan-jangan Rio yang menolong Lea? Namun, ia urungkan untuk menjelaskan asumsinya pada Lea. 


"Yuk balik lari lagi. Masih setengah perjalanan nih. 2,5 km lagi," ujarnya sambil membantu Lea berdiri. 


"Oke." 


Mereka berdua melanjutkan lari pagi yang terjeda sebentar. Akhirnya setelah 5 km terlewati, mereka berhenti di warung pecel dan memesan nasi pecel lengkap yang nikmat. Mereka berdua pun menyantapnya dengan lahap.


"Udah punya target bakal melamar pekerjaan ke mana Le?" tanya Rei. 


"Belum Rei. Kayaknya aku pengen ikut seleksi pengajar muda yang dikirim ke pelosok-pelosok itu lho," ujar Lea sambil tersenyum.


Rei terkejut. Lea yang ia kenal jarang sekali mau ikut kegiatan relawan. Apalagi mengajar selama setahun di pelosok. 


"Yakin bisa survive? Camping ke hutan aja pengen pulang gitu." 


"Heiii…itu kapan? 10 tahun yang lalu please deh. Kenapa masih diungkit - ungkit?" Lea memukul bahu Rei. 


Mereka tertawa mengingat masa-masa nostalgia itu saat persami, perkemahan sabtu minggu. 


"Lho, kalian jadian?" Sebuah suara memecah keseruan dua orang yang sedang nostalgia itu. Lea dan Rei menoleh ke sumber suara dan terkejut dengan kedatangan orang tersebut. Gawat! 


 



Tuesday, 21 February 2023

Run Lea Run (Part 1)

 Jalanan masih lengang di minggu pagi yang cerah itu. Lea tampak bersemangat bersiap lari pagi. Sepatu barunya membuatnya semakin percaya diri. Sudah 3 kali dalam seminggu ini ia rutin lari pagi. Ibunya sampai heran, tumben Lea yang hobi mager jadi seneng lari pagi. Setelah minum air putih, ia berpamitan pada ibunya dan mulai melangkah ke luar rumah. Tak lupa ia aktifkan aplikasi lari yang beberapa jam lalu diunduhnya. 


“Rei!” teriak Lea setelah menyeberang jalan raya. Ia melihat Rei sudah berada di depan taman sambil melakukan pemanasan. 


“Yo, Le! Gas!!” balas Rei. Lea mempercepat langkahnya. 


“Udah nunggu lama? Sorry ya, telat lagi, hehe. Tadi kesiangan,” ujar Lea sedikit terengah-engah.


“Nggak juga. Barusan aja kok, malah enak bisa dapet sinar matahari sehat,” balas Rei.


Lea melirik jam digital di tangan kirinya. Jam 7.30. Not bad.  “Makasih Rei.”


Rei mengangkat kedua alisnya. “Yuk cabut! 5 km ya.”


“Siap, coach!” 


Rei dan Lea berlari beriringan. Rute yang mereka lalui bukanlah rute baru, melainkan rute yang sering mereka lewati saat berangkat dan pulang sekolah dulu. Namun saat masih sekolah, mereka berdua tidak pernah berangkat atau pulang bersama. Hanya saat di kelas saja keduanya berinteraksi, itupun hanya sebatas bertanya tentang PR dan mengerjakan tugas kelompok. Kini mereka telah lulus kuliah dan sedang menunggu wisuda. Hari-hari luang, mereka manfaatkan untuk olahraga bersama. 


“Le, kalau lagi lari, ujung kaki dulu yang napak ke tanah. Jangan langsung napak semuanya, biar nggak capek,” ujar Rei.


“Teori dari siapa coba? Namanya lari ya capek,” balas Lea sambil mengatur napasnya.


“Yee dibilangin senior nggak percaya,” Rei masih tidak mau kalah.


“Senior apanya? Umur kita cuma beda seminggu woy! Hahaha.”


Rei tersenyum. “Bulan depan dirayain bareng yuk!”


“Hah? Gimana?” tanya Lea. Dalam benaknya, Lea membayangkan dirinya dan Rei merayakan ulang tahun mereka berdua seperti…. ngedate. Oh No! Segera ditepisnya ide nyasar itu. 


“Patungan lah kita buat nraktir anak-anak geng rempong,” balas Rei, santai.


“Oh..gitu. Hm…Lihat ntar aja deh. Bentar lagi kan wisuda, butuh banyak biaya juga.” Lea tiba-tiba bimbang. Rei melihat perubahan raut muka Lea. Ia pun tersenyum dan mengangguk 


“Awas Le!!” teriak Rei sambil menarik tangan Lea mendekat padanya. Lea terkejut. Sebuah sepeda motor nyaris menyerempetnya. Jika saja Rei tak menarik tangannya, entah mungkin ia sudah jatuh berguling-guling di aspal. Lea masih syok dan berusaha mengumpulkan kesadarannya. Rei mengajak Lea duduk di tepi trotoar dan menyodorkan air mineralnya. Tiba-tiba saja mata Lea berkaca-kaca. Ingatannya kembali pada kejadian di masa lalunya. 



Monday, 20 February 2023

Kelas Tahsin Al-Fatihah

 



Di awal tahun aku sempat bertanya-tanya tentang kegiatan tahsin kepada temanku. Aku mendapat info tentang kelas tahsin yang dibuka saat itu. Namun ternyata kegiatannya
offline dan tempatnya agak jauh dari rumahku. Selain itu juga diselenggarakannya setiap weekend. Aku pun mempertimbangkan lagi karena banyak hal yang harus dipersiapkan termasuk materi dan waktu. 


Namun ternyata, jika kita niatkan untuk kegiatan yang baik, Allah akan memberikan jalan. Tak lama setelah itu, aku mendapat kabar bahwa sahabatku, Miss Fya, berencana untuk membuat kelas tahsin secara online via zoom meeting khusus akhwat. Aku pun penasaran dan menanyakan beberapa hal terkait pendaftaran. dan program tahsinnya. Alhamdulillah gayung pun bersambut, aku mendaftarkan diri  karena menurutku cocok untuk emak-emak yang ingin belajar tapi sulit mobile sepertiku ini. 


Kelas tahsin Al-Fatihah ini diadakan sebanyak 4 kali pertemuan yang dimulai tanggal 6 Februari dan berakhir pada tanggal 15 Februari 2023. Sebelum kelas dimulai, kami mendapatkan penjelasan roadmap tentang apa saja yang akan kami pelajari dalam kelas ini dan kelanjutan kelas seperti kelas juz amma dan Quran Journaling. Wah, menarik!  


Dalam kelas tahsin Al-Fatihah kami mempelajari makhorijul huruf, tartil dan tajwid. Untuk pembahasan makhorijul huruf kami pelajari bertahap kemudian menirukan dan selanjutnya diaplikasikan ke dalam bacaan Surat Al-Fatihah, lalu ditirukan oleh para peserta kelas. Miss Fya sangat sabar dan telaten mengajari kami. Bacaannya bagus dan cara mengajarnya juga menyenangkan. Kami dibetulkan jika ada bacaan yang belum tepat, diapresiasi jika sudah lebih baik dan kami mendapat evaluasi tertulis dalam jurnal dari tahsin one by one yang kami lakukan tiap pertemuannya. Para peserta selalu antusias dan punya progress yang baik di setiap pertemuannya. Masya Allah..seneng banget pokoknya. 






Alhamdulillah banyak insight yang kami dapatkan dari kelas Tahsin Al-Fatihah ini. Buatku pribadi, ternyata selama ini banyak makhorijul huruf yang belum tepat pelafalannya. Aku merasa malu karena selama ini mengajar pelafalan huruf dalam bahasa asing namun untuk makhorijul huruf dalam membaca Al-Quran saja masih ada yang belum tepat. Evaluasi yang diberikan oleh Miss Fya, aku praktikkan dan biasakan dalam solat maupun mengaji. . Harapanku nantinya semoga aku bisa mengajarkan pelafalan makhorijul huruf yang tepat untuk anakku, baik dalam mengaji Al-Quran maupun membaca doa harian agar mudah dalam menghafal. Semoga bisa menjadi amal jariyah terus mengalir nantinya. Bismillah semoga bisa melanjutkan ke kelas tahsin Juz Amma dan istiqomah. 



Jazakillahu khoiron katsiron Miss Fya. 







Thursday, 16 February 2023

Kopdar Hybrid Seru Karyakarsa x 30 Hari Bercerita

Pemateri kelas menulis


Bulan Januari kemarin, aku bersyukur bisa menyelesaikan tantangan 30 bercerita dengan lunas. Padahal 2x event di tahun-tahun sebelumnya selalu gagal dan tak sampai selesai. Alhamdulillah, walaupun tulisanku juga belum pernah direpost admin tapi aku merasa tidak masalah. Santai saja, karena sejatinya di sini aku sedang beradu dengan konsistensi diriku sendiri. Sungguh membahagiakan pula saat 30 hari bercerita juga menyelenggarakan talkshow dengan para penulis best seller secara gratis.


Sabtu, 11 Februari 2023, 30 hari bercerita yang berkolaborasi dengan karyakarsa dan didukung oleh kompas gramedia, menyelenggarakan kelas menulis secara offline maupun online. Untuk kegiatan offlinenya diselenggarakan di PDS H.B Jassin,Jakarta sedangkan untuk peserta online luar biasa diikuti oleh ratusan pencerita dari berbagai macam kota. Acara ini mengundang penulis Filsosofi Teras, Henry Manampiring atau yang akrab disapa Om Piring. Selain itu juga ada Kak Ifnur Hikmah atau yang disapa Kak Iif dengan nama pena (Revelrebel). Ia merupakan penulis yang memiliki banyak fans di platform Karyakarsa. Aku pernah membaca salah satu karyanya yang ditulis di platform lainnya. 


Dalam kegiatan ini, Om Piring menyampaikan materi tentang Stoikisme dalam menulis, yakni bagaimana kita bisa berfungsi sebagai manusia yang menulis dengan komitmen, melatih disiplin diri dan meregulasi emosi. Beliau bercerita sering menggunakan background musik untuk menumbuhkan ide, misalnya menggunakan musik dengan beat cepat atau rock saat menulis adegan action fiction. Biasanya penulis jadi macet kalau terlalu memikirkan hal yang di luar kendalinya, misalnya jumlah like, follower, subscriber dll. Sebaiknya  kita berfokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan misalnya riset yang lebih baik, menggunakan diksi dan tema yang menarik. Selain itu, kebanyakan riset atau kekuarangan riset juga dapat menjadi writer’s block karena membuat overwhelmed. Saran beliau adalah menggunakan fitur google earth untuk riset setting saat menulis fiksi. 


Beliau juga memberikan beberapa tips yang berhubungan dengan pertanyaan para peserta, yaitu  jangan mau kalah dengan insecurity. Insecurity bukan untuk dilenyapkan melainkan diterima tetapi tidak untuk dituruti. Kita dapat mengajak teman sebagai pembaca pertama, tentunya yang hobi membaca dan senang dengan genre yang kita tulis. Mengenali penerbit yang cocok dengan naskah juga merupakan poin penting. Sebagai penulis harus jeli dalam membaca kontrak, promosi agar tidak dirugikan. Mengenai konsistensi dalam menulis, beliau menjadikan menulis sebagai ritual dengan ruang dan waktu yang telah ditentukan, Misalnya di pagi hari atau di malam hari, dilakukan konsisten setiap hari. 


Sebagai penulis novel online Kak Iif juga memberikan materi tentang bagaimana menulis cerita pada platform online berdasarkan pengalaman pribadinya. Menurut beliau platform online bisa membantu untuk konsisten menyelesaikan cerita karena, setiap 1 bab selesai kita bisa langsung mengunggahnya, mendapat feedback dari pembaca dan mendapat suntikan semangat. Beliau juga menggunakan nama pena agar lebih bebas dalam menulis. Kak Iif mengungkapkan bahwa ada dua poin utama dalam bercerita, yaitu karakter (dibuatkan biodata masing-masing karakter agar konsisten sampai akhir cerita), dan setting. Membuat outline juga penting untuk menjaga konsistensi alur dalam menulis supaya tidak mudah tergoda dengan komentar pembaca. Saran dan komentar dapat dipilah-pilah mana yang bisa digunakan dan tidak dalam cerita. 

Mengunggah cerita ke platform online memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat dibuat sebagai perkenalan, terutama untuk penulis baru dan untuk menjaring pembaca. Membuat branding khusus juga merupakan salah satu strategi untuk mengenalkan karya kita, misalnya dengan membuat akun IG khusus tentang cerita yang kita tulis. Bagi penulis pemula ada baiknya untuk tidak mendikotomi menulis di platform online atau dikirim ke penerbit cetak, Jika ada kesempatan sebaiknya dicoba saja keduanya karena yang terpenting adalah menulis dulu, baru nanti dilihat hasilnya. Sama seperti halnya Om Piring, Kak iif juga memiliki jam menulis khusus, yaitu setelah subuh, karena beliau juga bekerja kantoran. 


Sebagai penutup, Om Piring berpesan pada para peserta bahwa tidak ada tulisan yang terbuang percuma karena semua adalah jam terbang sebagai latihan hingga menjadi karya yang bisa diterima. Kemudian pesan Kak Iif bagi peserta yang sudah rutin menulis 30 hari bercerita dapat melanjutkan kebiasaan baik tersebut ke depannya. 


Seru sekali ya acara ini. Terima kasih banyak pada tim 30 hari bercerita karyakarsa, Om Piring dan Kak IIf untuk cara yang sangat bermanfaat ini. Semoga ke depannya semua peserta dapat konsisten menulis dan mewujudkan impian-impiannya untuk memiliki karya dan menjadi penulis. Senangnya bisa terhubung dengan komunitas dan orang-orang yang memiliki passion yang sama.  




Saturday, 11 February 2023

Mindful Breathing

 Apa yang bisa kita lakukan saat emosi menghadapi balita yang sedang tantrum? Dulu mungkin emosiku akan meledak-ledak, bahkan ikut tantrum. Namun sejak aku membaca buku tentang parenting, mengikuti kulzoom tentang self-care dan mindfulness, aku terapkan mindful breathing. Bernapas secara sadar dan mendalam. Ku praktikkan kembali apa yang kupelajari meski tidak selalu mudah. Menghela napas panjang, lalu menghembuskannya. Diulangi sebanyak 3 kali atau lebih sampai terasa membaik sambil memejamkan mata. Tak lupa istighfar. Astaghfirullah. 


Kuingat dan kuulang lagi sesi bernapas saat mengikuti kelas yoga dulu. Baik prenatal gentle yoga maupun kelas yoga Jumat pagi. Sayangnya aku hanya sempat mengikuti dua kali pertemuan untuk kelas yoga Jumat pagi karena biaya. Memang tidak murah mengikuti kelas yoga offline. Saat kondisi finansial yang terbatas, pagi ini aku tergerak lagi untuk mengikuti sesi yoga dari youtube. Ternyata banyak sekali video yoga online bahkan sampai bingung mau pilih yang mana. Akhirnya aku mencoba video dari Sarahbeth tentang yoga for anxiety. Selain masih perlu meregulasi emosi aku juga kadang merasa anxiety terutama bila pertama kali menghadapi suatu hal baru atau overthinking. Memang belajar yoga melalui youtube lebih hemat praktis dan fleksibel, tetapi apabila ada kesalahan dalam gerakan tidak ada yang mengontrol. Ada baiknya bagi pemula, ikutilah kelas offline terlebih dahulu agar mengetahui gerakan-gerakan dasarnya yang benar. 


Olah napas dengan tenang dan konsentrasi bagiku saat ini menjadi hal yang mewah, yang hanya bisa kulakukan saat anakku masih tidur. Bahkan menulis pun kulakukan saat anakku masih tidur dan kuusahakan selesai saat ia sudah bangun. Mengasuh balita yang aktif dan selalu mengikuti kita memang tantangan tersendiri. Ada kalanya aku ingin kabur sejenak untuk mengistirahatkan emosiku. Membujuk dan bernegosiasi dengan putriku saat ini membutuhkan energi dan menguras tangki emosiku. Namun saat ini yang bisa kulakukan hanyalah mindful breathing sambil mencari dan mengumpulkan serpihan kebahagiaan-kebahagiaan kecil dan mengapresiasinya. Lebih baik mengalirkan semua emosi dan cerita dalam tulisan untuk terapi daripada scrolling sosial media yang semakin menumbuhkan rasa iri pada mereka yang bersenang-senang liburan bersama teman atau keluarga while I just stay at home. 


Once again, inhale. Exhale. 




Thursday, 9 February 2023

Read Aloud Training with RAMA

 



Minggu, 5 Februari 2023, aku mengikuti read aloud training yang diadakan oleh Read Aloud Malang Raya (RAMA). Aku berada di kelompok 1 dengan pemateri Kak Fya, Founder Read Aloud Malang Raya. Wah…bakal seru nih. Bismillah siap menambah ilmu. 


Read aloud (membaca nyaring) adalah aktivitas literasi yang memiliki beberapa syarat utama, yaitu : 

  • Ada yang membacakan buku

  • Ada buku yang dibaca

  • Ada yang menyimak

  • Tidak harus ada interaksi

Perbedaannya dengan shared reading adalah jika shared reading, orang yang membacakan dan dan yang menyimak membaca dan melihat buku bersama. Selain itu juga membutuhkan interaksi aktif antara keduanya.

Sedangkan untuk silent reading yaitu membaca untuk kesenangan atau pembelajaran bagi pembaca mandiri


Tahapan Read Aloud ada 3 yaitu: 

  1. Sebelum 

  • Melakukan prabaca dan tujuan (untuk pertunjukan, pendidikan atau pembiasaan di rumah)

  • melatih diri

  • .Menggali pengetahuan latar anak lewat sampul

  • Menyebutkan judul, pengarang, ilustrator, dan penerbit

  1. Saat : 

  • Membaca semenarik mungkin

  • Tetap tanggap dan berkomunikasi’

  • Jadikan sebagai ajang diskusi agar anak merasa nyaman

  • Anak mengungkapkan apa yang didengarkan dan dipikirkan

  1. Setelah : 

  • Minta anak bertanya

  • Ajukan pertanyaan 

  • Minta anak untuk menceritakan kembali

  • Letakkan buku di tempat yang mudah terjangkau oleh anak


Bagaimana memilih buku untuk read aloud?

  1. Tentukan tujuan

  2. Kenali audiens / anak yang dibacakan buku (usia, gender, hobi/minat, latar belakang)

  3. Pilih jenis dan ukuran buku yang ideal (regular, big books, digital)

  4. Memilih isi/konten yang sesuai value keluarga, menarik bagi anak, memungkinkan diskusi terbuka, mengandung rima dan repetisi, menginspirasi (amanat yang implisit).


Reading level (perjenjangan buku) diperlukan untuk memudahkan untuk menyesuaikan dengan usia anak, memonitor fase tumbuh kembang anak, mengetahui rentang fokus dan kemampuan bahasa anak. Di  sisi lain, reading level juga dapat membatasi minat anak, kesempatan anak untuk eksplorasi ragam buku, dan merendahkan kemampuan anak.

Ada beberapa hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dalam read aloud:

  • Yang diperbolehkan / Do(s) : 

  1. Persiapan fisik (sehat)

  2. Persiapan psikis (stabil dan mindful)

  3. Mengatur ritme durasi ( 5-5, 3 - 3 - 4, atau langsung 10 - 15 menit)

  4. Interaksi positif

  5. Hidupkan si penulis dan buku karyanya 

  6. Ajarkan manner terhadap buku

  • Yang tidak diperbolehkan / Don’t(s) : 

  1. Don’t expect too much. Target harus rasional dan realistis

  2. Jangan menggunakan mimik wajah datar. Aturlah ekspresi mimik wajah

  3. Jangan malu mengubah suara dan latihlah artikulasi agar tidak terburu-buru

  4. Jangan memilih buku yang tidak kita sukai dan jangan menggunakan buku yang berdasarkan tontonan TV/video

  5. Tidak memperlakukan buku sebagai penyelamat anak agar tak main HP

  6. Kualitas tidak sama dengan kuantitas


“A word after a word after a word is power: - Margaret Atwood 

(kata demi kata yang ada dalam buku adalah kekuatan)


Alhamdulillah seneng banget bisa ikut training ini karena sebelumnya aku memahami read aloud hanya dari buku dan praktik. Dengan adanya training ini selain kita mendapatkan materi juga dapat berdiskusi secara interaktif. Selain itu kita juga dapat saling sharing pengalaman sesama member RAMA terkait kegiatan read aloud ini. Terima kasih RAMA sudah memfasilitasi kami para member untuk upgrade ilmu dan pengalaman. Semoga bisa memberi semangat dan motivasi untuk terus membacakan nyaring bagi anak-anak di rumah, di sekolah, maupun berdampak di masyarakat lebih luas.