Tuesday, 21 March 2023

Refleksi Hari Dongeng

Setiap tanggal 20 Maret diperingati sebagai Hari Dongeng. Sejujurnya aku juga tak terlalu ingat hingga kemudian ada postingan dari telegram KLIP yang mengingatkanku. Biasanya peringatan Hari Dongeng identik dengan adanya kompetisi mendongeng atau festival dongeng untuk anak-anak yang diadakan oleh komunitas-komunitas mendongeng atau literasi. 


Mengenal dongeng merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan literasiku. Berawal dari saat kecil ibu membelikanku buku-buku dongeng anak yang lucu berbentuk dan bergambar istana. Di dalamnya terdapat 12 judul buku berukuran imut yang sangat pas dalam genggaman anak-anak. Ceritanya kebanyakan berasal dari dongeng dan cerita rakyat dari Eropa. Aku menyadari setelah mempelajari di saat kuliah kajian sastra anak, dan itu merupakan salah satu mata kuliah favoritku dan tentunya bersama dosen favoritku, Madame Rosana. Selain menjadi dosen, beliau juga menjadi penerjemah buku anak. Kebayang kan menjadi penerjemah buku cerita anak bukanlah hal yang mudah karena kita harus menerjemahkan dan menyusun kata-kata yang dapat dipahami oleh anak. Nah, dalam kumpulan buku dongengku tadi, salah satunya ada cerita tentang Kucing Bersepatu Boots, dan akhirnya dongeng itulah yang menjadi obyek skripsiku 10 tahun yang lalu. 


Ada banyak manfaat yang aku dapatkan saat membaca dongeng, antara lain : mengembangkan daya imajinasi, mendapatkan pesan moral, menikmati karya sastra dengan bahasa anak, dan memperkaya kosa kata. Beberapa orang ada yang kontra dengan pembacaan dongeng karena katanya dapat membuat anak terlalu berkhayal tentang hal-hal yang tidak logis dan realistis. Menurutku, hal tersebut dapat diimbangi dengan pembacaan karya sastra yang realistis atau melakukan observasi sosial. Hal tersebut nantinya akan memunculkan diskusi yang menarik antara orang tua dan anak maupun guru dan siswa. Memang tak dapat dipungkiri dalam suatu fase, aku merasakan cinderella syndrom. Kalau tidak salah adalah persepsi kita tentang menemukan pasangan hidup yang menginginkan seperti halnya dalam dongeng cinderella bertemu dengan sosok prince charming yang perfect kemudian menikah dan hidup bahagia selamanya. Padahal, dalam kenyataan tak seperti itu kan? Lalu muncul celetukan, kehidupan tak seindah di negeri dongeng. Namun demikian, bagiku manfaatnya terasa lebih banyak daripada dampak negatifnya karena selalu ada hal-hal baik dan moral value yang bisa kita petik dalam cerita-cerita dongeng. 



Di tahun ini aku mencoba mengikuti sebuah grup menulis dongeng yang dikoordinatori oleh mentorku saat mengikuti kelas bunda cekatan batch 3 lalu. Alhamdulillah walaupun aku tak melanjutkan ke bunda produktif tahun ini , aku masih bisa mencoba produktif dengan mempraktikkan ilmu selama mentorhip bunda cekatan kemarin. Aku mengikuti grup menulis antologi dongeng dengan tema Dongeng Hutan Ajaib oleh Penerbit Wonderland Publisher. Aku senang akhirnya bisa merampungkan naskahku yang ide dan penulisannya dadakan kayak goreng tahu bulat di hari Sabtu lalu (H-1 Deadline). Kemudian dari Mbak Anggita memberikan masukan dan revisi. Alhamdulillah jadi nambah ilmu dan jam terbang dalam menulis antologi. Semoga proses produksi berjalan dengan lancar hingga bisa diterbitkan nantinya. Tak sabar untuk membacakan Kiya dongeng tulisanku sendiri. 


Selamat Hari Dongeng ! 

No comments:

Post a Comment