Sebuah cerita terkadang hanya akan menjadi cerita. Menjadi kenangan yang mungkin saja hanya akan dilupakan karena dianggap terlalu biasa. Namun, ada kalanya cerita tersebut akan menjadi sebuah kenangan manis bagi yang lain karena dianggap tidak biasa. Seperti halnya Lea yang merasa hari-harinya bersama Rei tiba-tiba menjadi tidak biasa. Sebuah lagu dari Maliq d'essentials berjudul "Bagaimana Kutahu" diputar di sebuah kafe saat Lea sedang duduk seorang diri, menanti makanan pesanannya. 10 tahun berlalu sudah, tetapi rasa yang familiar tiba-tiba muncul dan membangkitkan romansa nostalgia di masa lalunya bersama Rei. Kereta nostalgia itu melaju di lorong-lorong memorinya.
***
Siang itu setelah kelas terakhir Lea selesai, ia benar-benar terkejut. Rei mengiriminya sms memberi info bahwa ia sudah berada di depan fakultas Lea. Lea yang terbiasa pulang sendirian naik angkot merasa bahagia ada yang menjemputmya.
"Udah makan siang Le?" tanya Rei sambil memberikan helm untuk Lea pakai.
"Belum lah. Rencananya tadi, selesai kelas mau ke kantin. Eh kamu udah nongol aja di sini? Tumben-tumbenan nih?" tanya Lea.
"Ya nggak apa-apa pengen aja. Main ke toko buku, yuk! Habis itu kita makan," ajak Rei.
"Hm..oke deh! Kamu traktir?"
Rei hanya tertawa ringan.
Sesampainya di toko buku. Rei dan Lea menuju ke spot favorit mereka berdua, yaitu rak komik dan novel. Mereka membahas apa saja tentang buku - buku yang ada di hadapan mereka. Seru sekali sampai akhirnya terdengar bunyi krucuk-krucuk dari perut Lea. Mereka tertawa dan menyadari bahwa ternyata Lea sudah sangat lapar. Akhirnya Lea dan Rei membawa buku pilihan masing-masing ke kasir dan membayarnya dan bergegas ke luar toko buku. Mereka menyeberang dan akhirnya makan di sebuah resto cepat saji di seberang toko buku itu. Ternyata mereka masih harus mengantri untuk memesan makanan karena bersamaan dengan jam makan siang pegawai kantor di sekitar situ.
"Lho Lea, Rei!" Sebuah suara mengagetkan mereka berdua yang baru datang mengantri.
"Eh hai Mel!" seru Lea. "Kamu udah kerja?" tanya Lea pada Melani, teman sekolahnya dulu. Ia melihat baju Melani yang terlihat formal seperti pegawai kantoran.
"Aku lagi magang di kantor dekat sini. Ciye kalian kok bisa barengan?" tanya Mel penuh selidik.
Gawat! batin Lea. "Nggak sengaja aja ketemu. Hehehe," jawab Lea. Sementara Rei cuma senyam-senyum sok cool. Akhirnya ia memilih untuk mencari tempat duduk dan menyuruh Lea pesan terlebih dahulu.
"Ya udah aku duluan ya. Jam istirahat udah mau selesai." Mel dan temannya pamit. Lea pun merasa lega.
Akhirnya setelah memesan makanan dan minuman, ia menuju lantai 2. Dasar Rei, bisa-bisanya dia memilih tempat duduk di atas. Kan jadi repot bawa makanannya. Namun sesampainya di lantai atas ia tak jadi sebal terhadap Rei karena ternyata ia memilih meja dekat jendela yang menghadap toko buku tadi.
Rei dan Lea menyelesaikan makan siangnya sembari ngobrol tentang banyak hal. Seusai makan, Lea mengeluarkan laptopnya dan meminta Rei membaca cerpen yang ditulisnya.
"Bagus nih! Cocok banget sama buku yang aku beli ini," seru Rei setelah membaca cerpen Lea
"Oh ya? kok bisa?" Lea pun membaca buku yang disodorkan Rei. Ia masih tak percaya. Hatinya deg-degan. Terlalu kebetulan. Entahlah.
Selama perjalanan pulang ke rumah ia lebih banyak diam memikirkan kejadian barusa. Kenapa cuplikan lagu yang ia tulis di cerpen tersebut adalah lagu yang dibahas juga di buku yang dibeli Rei ya?
"Kok diam aja Le?" tanya Rei santai.
"Nggak papa Rei. Sampai ketemu ya. Hati-hati."
"Oke see you!"
***
Setelah lagu tersebut selesai, kesadaran Lea pun kembali ke masa kini. Tak lama kemudian ia meneteskan air mata. Lagu "Separuh Aku" dari Noah, yang rilis 10 tahun yang lalu, yang menjadi inspirasi cerpennya, ia dengar dari ponsel orang yang duduk di kursi seberangnya. Tiba-tiba ia merasa tersesat lagi di lorong masa lalunya tadi. Namun panggilan dari ponselnya berhasil menyelamatkannya, suaminya menelpon untuk segera kembali ke mobil dan memberi tahu bahwa anaknya sedang mencarinya. Pesanan Lea ternyata sudah datang tanpa ia sadari. Ia pun berusaha tersenyum, kembali pada kenyataan yang ia jalani sekarang. Kehidupan masa lalu memang bisa membuat hati senang sekaligus sedih. Namun kehidupan masa kini adalah hadiah yang harus ia jalani dan syukuri. Ia pun melangkah ke luar dengan hati yang lebih ringan.
No comments:
Post a Comment