14 Oktober 2023 lalu, aku mengikuti webinar yang berjudul “Menulis untuk Semua Profesi” yang diadakan oleh kuncie. Memang sudah lama, tapi aku ingin menuliskannya sebagai pengingat saat aku butuh semangat untuk memacu semangat menulisku. Pembicara dalam webinar ini tak lain tak bukan adalah Ibu suri Dee Lestari dan Sri Izzati, penulis yang juga merupakan warga alumni Kelas Kaizen writing Dee Lestari batch awal. Aku mengikuti webinar ini bertujuan untuk men-charge kembali semangat menulisku yang kadang naik kadang turun. Kebutuhan menulis di sini tak hanya sekadar menulis cerita atau karya sastra saja, tetapi juga untuk kepentingan profesi misalnya membuat laporan,membuat konten, membuat modul mengajar dan lain sebagainya tergantung dengan profesi masing-masing.
Catatan Tentang Menulis by Ibu Suri
Menulis itu bagaikan melatih otot, kecil-kecil, sedikit demi sedikit tetapi konsisten. Tidak ada shortcut dalam menulis. Proses kreatif tidak sama dengan proses misterius, maksudnya tiba-tiba karyanya jadi. Dalam proses kreatif menulis kita bisa mencari ide dari mana saja. Sebuah karya yang ditulis haruslah sampai selesai atau tamat. Selain itu ada hal-hal yang menjadi hambatan psikologis seperti writer’s block yang harus kita uraikan satu persatu. Jangan hanya karena teknis menulis, kita menjadi tidak lagi semangat dalam menulis.
Catatan Tentang Menulis by Sri Izzati
Kemampuan menulis menjadi representasi kita di segala bidang karena saat ini juga dibutuhkan teknik story telling dalam pekerjaan. Story telling tidak hanya untuk fiksi tetapi juga nonfiksi. Kuasai struktur berpikir dan menulis karena kata-kata yang baik dan jernih membuat komunikasi lebih efisien. Keingin tahuan kita membawa kita pada membaca buku, mengikuti kelas dan workshop serta riset.
Tips Jitu Konsistensi Menulis:
Beberapa tips untuk mengasah skill menulis antara lain:
Perhatikan asupan kita yakni dengan rajin membaca buku.
Praktik. Mulai dengan journaling sedikit demi sedikit. Journaling menjadi latihan pertama kita untuk menerjemahkan abstraknya perasaan ke dalam hal-hal yang kita pahami, yakni menulis narasi hidup kita untuk kita sendiri.
Menulis untuk orang lain membutuhkan struktur
“I want to be understood as best as I can”(Mbak Dee)
Dengan slogan ini kita akan berusaha untuk menulis yang dipahami orang lain agar mereka dapat memahami maksud kita menulis.
Kita juga harus mengenali profil pembaca kita dan mengenali cara mereka menerima informasi dan media yang digunakan. Memahami konteks dan menyamakan persepsi dan ekspektasi untuk meminimalisir salah paham.
Bagaimana caranya menyikapi kritik atas tulisan kita?
Kritik bagus jika relevan dan membangun, namun sebaiknya tutup kuping untuk kritik yang tidak relevan dan menjatuhkan. Kritik paling berat datang dari diri sendiri (inner critics)
Bagaimana cara mencari ide?
Aktif menemukan kehidupan dalam setiap hal untuk melatih kreativitas. MEnjadi pengamat yang baik agar apa yang kita tuliskan lebih detail dan hidup. Luangkan waktu untuk melamun. Banyak bertanya pada diri sendiri dengan pertanyaan”Mengapa?” Selain itu kita juga harus mencerna asupana bacaan yang kita baca.
Kesimpulan
Menulis dapat menjadi sebuah ilmu dan seni. Sebagai ilmu yakni membangun apa yang sudah ada dalam diri kita sehingga berkembang lebih baik. Sedangkan menulis sebagai seni bersifat personal dengan tujuan yang sama, yakni untuk transfer knowledge pada pembaca, karena penulis juga butuh support dari pembaca. Webinar yang sangat mencerahkan dan menginspirasi. Terima kasih Mbak Dee dan Mbak Sri Izzati.